Pendamping Hidup Nabi Musa AS

Nabi Yusya
                                                    Foto Istimewa

Nabiyullah Yusya’ adalah seorang Nabi dan panglima perang yang berhasil membuka Tanah Suci (Baitul Maqdis) untuk Bani Israil setelah wafatnya Nabi Musa ‘alaihissalam (AS). Allah memberinya karunia dan kemenangan atas musuh-musuhnya.

Kisah Nabi Yusya’ menahan matahari ini diceritakan Syeikh Umar Sulaiman Al-Asyqor (Guru Besar Universitas Islam Yordania) dalam kitabnya “Kisah-kisah Shahih Seputar Para Nabi dan Rasul“. Syeikh Umar menukil salah satu hadis Hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

Syeikh Umar menceritakan, Nabiyullah yang berperang untuk membuka sebuah desa itu adalah Yusya’ bin Nun, salah seorang Nabi Bani Israil. Beliau adalah orang yang selalu mendampingi Nabi Musa dalam hidupnya. Beliau juga yang menemani Nabi Musa dalam perjalanannya kepada Nabi Khidhir.

Allah memberinya wahyu setelah Nabi Musa wafat dan Musa mengangkatnya sebagai penerusnya di Bani Israil. Nabi Yusya’ adalah pemimpin yang berkat jasanya Tanah Suci bisa direbut kembali. Saat persiapannya menuju kota yang hendak ditaklukkan, Nabi Yusya’ berusaha agar pasukannya menjadi pasukan kuat dan tangguh. Karena itu, dia menyortir prajurit-prajurit yang bisa menjadi biang kekalahan, karena hati mereka lebih disibukkan oleh perkara dunia.

Panglima Perang Yang Menentukan Kuantitas

Nabi yusya
                                                 Foto istimewa

Nabi Yusya’ mengeluarkan tiga kelompok prajurit yang itu tidak diizinkan untuk pergi berperang. Kelompok pertama adalah orang yang telah berakad nikah tetapi belum menyentuh istrinya.

Kedua adalah orang yang sibuk membangun rumah dan belum menyelesaikan bangunannya. Kelompok ketiga adalah orang yang membeli unta atau domba bunting sementara dia menantikan kelahirannya. Prinsip yang dipegang oleh Nabi Yusya’ ini menunjukkan bahwa dia adalah panglima yang unggul, pemilik taktik jitu dalam memimpin dan menyiapkan bala tentara sehingga kemenangan bisa diwujudkan.

Prajurit tidak menang dengan jumlah besarnya, akan tetapi dengan kualitas. Ini lebih penting daripada jumlah dan kuantitas. Oleh karenanya, Yusya’ mengeluarkan orang-orang yang berhati sibuk dari pasukannya, yakni orang-orang yang badannya di medan perang, tetapi pikirannya bersama istri yang belum disentuhnya atau rumah yang belum diselesaikannya atau ternak yang ditunggu kelahirannya.

Apa yang dilakukan Nabi Yusya’ ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Thalut ketika melarang pasukannya untuk minum dari sungai kecuali orang yang menciduk air dengan tangannya. Saat itu sedikit dari mereka yang minum. Thalut telah membersihkan pasukannya dari unsur-unsur pelemah yang menjadi titik kekalahan.

Harta Rampasan Gelap Tidak Diridhakan Allah

harta
                                                            Foto istimewa

Allah tidak lantas menghalalkan harta rampasan perang bagi umat manapun sebelum kita. Harta rampasan perang dikumpulkan, lalu api turun dari langit dan membakarnya kecuali tidak seorang pun dari pasukan yang menggelapkannya. Jika harta rampasan perang ada yang digelapkan, maka api menolak untuk melahapnya. Ini berarti Allah tidak ridha kepada mereka.

Harta rampasan perang dikumpulkan, api pun turun tetapi tidak memakan apa pun. Maka Nabi Yusya’ berkata, “Di antara kalian ada yang menggelapkan harta rampasan perang.” Untuk membongkarnya Yusya’ menyuruh masing-masing kabilah mengeluarkan satu orang untuk membaiatnya. Maka tangannya menempel lengket di tangan orang yang berasal dari kabilah yang menggelapkan harta rampasan perang.

Nabi Yusya’ membaiat anggota kabilah itu satu per satu. Tangannya lengket dengan tangan dua atau tiga orang, dan Yusya’ berkata, “Penggelapannya ada pada kalian.”

Akhirnya mereka mengeluarkan sebongkah emas besar dalam bentuk kepala sapi dan diletakkan di antara harta rampasan yang lain. Api turun dan memakannya. Hukum ini telah mansukh bagi kita. Harta rampasan perang telah dihalalkan bagi kita sebagai rahmat dari Allah kepada kita dan karunia-Nya. Dan dihalalkannya harta rampasan perang merupakan salah satu kekhususan atas umat ini.

Demikian kisah Nabi Yusya’ sang panglima yang berhasil merebut Tanah Suci. Kisah ini kami sampaikan sebagaimana mestinya ada pada dalam hadist, untuk info selanjutnya? Yuk langsung aja pindah ke channel youtubenya “KanalPediaIslam”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!