Channel ETumbuh berkembang dan menjadi orang dewasa mungkin menjadi impian setiap orang. Namun, Kawan Muda pernah juga dong ngerasain kalau hidup tidak selamanya harus berbelit pada masalah yang ada di dalamnya. Sindiran inilah yang kemudian diangkat oleh film The Little Prince.

Diadaptasi oleh novel aslinya Le Petit Prince, karya penulis Perancis, Antoine de Saint-Exupery yang ngetop banget di abad ke-20. Novel fabel ini sudah di terjemahkan lebih dari 250 bahasa asing, termasuk Indonesia. Oke, kalau dilihat dari prolognya, cerita The Little Prince murni sebuah fabel (hewan yang bertutur seolah-olah adalah manusia), tapi soal tema yang diangkat menyindir di kehidupan modern.

Melalui tangan Mark Osborne (sutradara Kung Fu Panda dan The SpongeBob Square Pants Movie), film animasi dari adaptasi novel Saint-Exupery terasa sangat mengagumkan. Kenapa saya bilang begitu? Kawan Muda bisa bayangin perpaduan film-film animasi milik Pixar dengan animasi stop-motion, ala-ala Shaum the Sheep, tapi efeknya menggunakan kertas. Hasilnya ada di The Little Prince.

1. Awal cerita dikisahkan The Little Girl

gambar istimewa

(Mackenzie Foy) punya kehidupan yang luar biasa teratur dan padat. (Ya, hampir sama dengan anak sekolah di Indonesia yang pergi subuh pulang sore. Yaudah itu aja!) Sebagai orang tua, Sang Ibu (Rachel McAdams) juga punya ambisi supaya anaknya sukses di masa depan, makanya doi rela mengatur sejumlah jadwal hingga beberapa sebulan ke depan.

Setelah jenuh dengan rutinitasnya, The Little Girl bertemu dengan tentangganya, seorang Penerbang pensiunan (Jeff Bridges). Berbeda dengan tentangga lainnya, si Penerbang justru punya rumah dan kehidupan yang engga monoton dibandingkan dengan tetangga lainnya. Perkenalannya dengan Penerbang dilanjutkan dengan kisah ‘The Little Prince’ yang dikirimkan Penerbang lewat sebuah pesawat kertas.

Si Penerbang mengisahkan ia pernah terdampar di gurun dan bertemu Little PrincePrince’ menggambarkan betapa absurdnya dunia orang dewasa. Ketika orang tua memaksakan anaknya menjadi seperti yang mereka inginkan, hingga indikator kesuksesan yang dilihat dari harta dan jabatan. Tentunya anak-anak punya cara pandang berbeda melihat itu semua, film ini pun membuat Kawan Muda juga mikir dan kesindir loh.

2. Cerita Little Prince dinarasikan kembali

gambar istimewa

Namanya juga fabel, muncul juga karakter-karakter Si Rubah (James Franco) dan Si Ular (Benicio Del Toro). Saya kebetulan telah membaca novel aslinya, kendati tidak 100 persen mengikutinya mentah-mentah, tapi film animasi ini menawarkan narasi yang cukup unik, tanpa menghilangkan pesan, “kalau terkadang menjadi dewasa hanya membuat kita jadi terlalu serius dan melupakan hal-hal indah dalam hidup, yang biasa dipandang oleh anak kecil.”

Kalaupun ada sedikit kekurangan, mungkin terletak pada teks berbahasa Perancis yang justru mampu dimengerti secara langsung oleh The Little Girl –yang aslinya cuma ngomong bahasa Inggris sepanjang film, entah sebuah kebetulan atau disengaja– Menyandang karya sastra Perancis, tetap saja banyak anak-anak yang rada kebingungan menonton alur cerita film ini, namun hal itu tidak terlihat memaksa dan mempengaruhi dari pesan yang ingin disampaikan.

Prince menggambarkan betapa absurdnya dunia orang dewasa. Ketika orang tua memaksakan anaknya menjadi seperti yang mereka inginkan, hingga indikator kesuksesan yang dilihat dari harta dan jabatan. Tentunya anak-anak punya cara pandang berbeda melihat itu semua, film ini pun membuat Kawan Muda juga mikir dan kesindir loh.

Nah, jadi itulah review dari film yang berjudul The Little Prince.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!