Home Film REVIEW FILM MALIK DAN ELSA

REVIEW FILM MALIK DAN ELSA

0
REVIEW FILM MALIK DAN ELSA

Channel EKisah romansa bercampur dengan cita-cita, barangkali hal itu yang jadi inti dari cerita film yang belum lama ini dirilis di Disney+ Hotstar berjudul Malik dan Elsa. Film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Boy Candra ini cukup dikenal luas oleh banyak pembaca novel, sebab itu film yang syutingnya sejak tahun lalu tersebut akhirnya dibuat. Awalnya, film ini direncanakan tayang di bioskop pada 2 April, karena pandemi, film Malik dan Elsa masuk jajaran film Indonesia yang tayang perdana di Disney+ Hotstar.

Kisah Cinta Sederhana tapi Penuh Makna

gambar istimewa

Film Malik dan Elsa bercerita tentang seorang pemuda rantau bernama Malik (Endy Arfian) yang berhasil kuliah di Universitas Negeri Padang, Malik hadir dari keluarga yang kurang mampu. Bukan hanya itu, banyak nyinyiran dari tetangga yang membuat Malik bertekad menaikkan harkat keluarganya. Malik akhirnya bisa kuliah di Padang sembari bekerja sebagai buruh serabutan di pasar. Nah, di kampus, Malik bertemu dengan Elsa (Salshabilla Adriani), perempuan teman sekelasnya yang sejak hari pertama kuliah langsung merenggut perhatian Malik. Dengan percaya diri, Malik mendekati Elsa tepat di hari pertama mereka bertemu.

Sejak saat itu, keduanya jadi dekat. Elsa adalah perempuan asli Minang yang lahir dari keluarga kaya raya. Selain itu, keluarganya juga cukup protektif untuk menjaga Elsa agar tak salah pergaulan. Sampai akhirnya konflik muncul ketika orang tua Elsa melarang anaknya dekat dengan Malik. Selain itu, ada sosok Liandra, saudara jauh Elsa sekaligus kakak tingkat Malik yang sepertinya menaruh perasaan pada Elsa. Tentu kisah mereka menjadi runyam, bagaimanakah akhir dari romansa Malik dan Elsa? Apakah mereka tetap memaksakan dekat atau justru memilih menjaga jarak? Kamu bisa pastikan langsung jawabannya saat menonton film Malik dan Elsa.

Konflik yang Telat Panas

gambar istimewa

Film Malik dan Elsa ini memiliki durasi 1 jam 29 menit. Namun, konflik utamanya justru baru bisa penonton rasakan di sepertiga akhir film. Baru ketika film tinggal berusia 30 menit lagi, konflik utama dimunculkan. Tentu hal itu agak disayangkan mengingat selama satu jam penonton disuguhkan dengan proses pendekatan antara Malik dan Elsa. Akhirnya, penyelesaian konflik juga terasa begitu padat dengan adegan-adegan yang terasa begitu cepat.

Padahal, film ini punya cerita yang cukup kompleks jika diuraikan sejak awal-awal film. Seperti bagaimana Elsa jatuh cinta pada Malik dan bagaimana Malik meyakinkan Elsa bahwa dia hadir dari keluarga yang tidak berpunya. Atau, soal pertemuan Malik dan keluarga Elsa yang pasti bikin penonton kebawa deg-degan. Sayang kompleksitas dari premisnya tidak terlalu berhasil memanfaatkan durasi film yang seharusnya cukup.

Beberapa Adegan yang Kurang Pas

gambar istimewa

Bukan hal mudah memang merangkai sebuah cerita yang utuh tanpa celah. Dalam film Malik dan Elsa pun ada beberapa adegan yang sepertinya kurang berhubungan dengan adegan lain. Salah satunya, ketika Elsa menemui Malik di pasar. Malik bertanya dari mana Elsa tahu keberadaan dirinya di pasar. Elsa menjawab bahwa dia tahu dari Lubis, teman satu kosan Malik. Namun, beberapa adegan setelahnya, ada adegan ketika Lubis dan Elsa baru bertemu dan baru dikenalkan oleh Malik. Selain itu juga soal runtun waktu yang cukup ambigu. Di awal mereka berkenalan itu karena Elsa dianggap kalah taruhan dan harus traktir Malik selama satu minggu. Selama satu minggu itu, mereka nyaris bersama terus setiap hari.

Namun, di hari terakhir, Elsa bingung karena orang tuanya sudah membatasi dia untuk tak dekat dengan Malik. Hanya dalam waktu satu minggu, orang tua Elsa, teman kos Malik, dosen filsafat, tengkulak di pasar, sampai hansip yang bertugas di dekat rumah Elsa sudah tahu bahwa Elsa dan Malik tengah dekat. Menariknya lagi, ketika Lubis membaca naskah novel yang dibuat oleh Malik. Kemudian mengirimkannya diam-diam pada sebuah kompetisi, dan ternyata naskahnya menang. Malik mendapat beasiswa ke Belanda dan berangkat beberapa hari setelah pengumuman.

Kisah Romansa yang Cukup “Bergizi”

gambar istimewa

Meski terlihat isinya hanya kisah cinta Malik dan Elsa, sebetulnya film ini cukup memiliki nilai yang berisi. Ada sosok Malik yang bisa jadi panutan buat banyak orang. Dia tak terlahir di keluarga berada tapi mau gigih berusaha. Malik benar-benar menemukan mimpinya. Berhasil kuliah di kampus negeri dan berakhir mendapat beasiswa ke Belanda. Kerja keras dari Malik tentu sangat “bergizi” untuk ditonton. Pesan moralnya begitu ditampilkan secara gamblang.

Nah, itulah review singkat mengenai film Malik dan Elsa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here