Home Religi Kisah Baju Perang dan Seorang Yahudi

Kisah Baju Perang dan Seorang Yahudi

0
Kisah Baju Perang dan Seorang Yahudi

KISAH ALI BIN ABI THALIB

Ali Bin Abi Thalib

Kisah Ali kehilangan baju besi miliknya, baju besi yang sangat mahal dan berharga itu ditemukan oleh seorang Nasrani dan hendak dijual di pasar. “Ini baju besiku yang jatuh dari untaku pada malam ini” kata Ali. “Tidak, ini baju besiku, karena ia ada ditanganku Wahai Amirul Mukminin” jawab orang Nasrani tersebut. “Tak salah lagi, baju besi itu milikku, aku tidak merasa menjual dan memberikannya pada orang lain dan sekarang mengapa tiba-tiba baju itu ada di tanganmu? diantara kita tentunya ada seorang hakim muslim, engkau telah meminta keadilan, mari kita ke sana”, keduanya lantas pergi ke Suriah Al Qadah.

“Apa yang ingin anda katakan wahai Amirul Mukminin?”, “aku menemukan baju besiku ditangan orang ini, karena benda itu benar-benar jatuh dari untaku pada malam ini, di tempat ini, lalu batu besiku sampai ke tangannya. Padahal aku sama sekali tidak menjual atau memberikan kepadanya”. Lalu sang hakim bertanya kepada Nasrani, “lantas apa yang anda katakan wahai si Fulan”, “baju besi ini milikku dan buktinya ia ada ditanganku”, “aku juga tidak menuduh Khalifah”

Sang hakim menoleh kearah Amirul Mukminin sembari berkata, “aku tidak ragu dengan apa yang anda katakan, bahwa baju besi ini milik anda, tapi anda harus punya bukti untuk meyakinkan kebenaran yang anda katakan minimal dua orang saksi”, “ya saya sanggup, budakku Qanbar dan anakku Hasan bisa menjadi saksi”, “namun persaksian anak untuk bapaknya yang tidak diperbolehkan wahai Amirul Mukminin, Mahasuci Allah seorang ahli Surga tidak boleh menjadi saksi. Tidakkah kau mendengar sabda Rasulullah SAW, bahwa Husan dan Husain adalah tuan para pemuda penduduk Surga”, “iya saya jelas mendengarnya, hanya saja Islam membuatku melarang kesaksian anak untuk bapaknya”

Mendengar itu hakim menolak kepada Ali bin Abu Tholib dan bertanya sekali lagi. “Apakah anda mempunyai keterangan tambahan?”. Lalu beberapa saat lamanya, Ali Bin Abu Thalib Radhiallahu Anhu, dia tidak tahu apa yang harus dikatakan, namun ia sangat yakin bahwa barang itu memang miliknya. Khalifah itu lalu berkata pada si Nasrani, “ambillah baju besiku, karena aku tidak punya saksi lagi selain keduanya”

Setelah mengadakan pertimbangan secukupnya, hakim lalu memutuskan bahwa barang yang dipersengketakan itu menjadi milik sah seorang Nasrani, yang menjadi tergugat dalam perkara itu oleh hakim. Lalu orang Nasrani yang bersangkutan diperkenankan pulang membawa barang tersebut.

Dengan wajah berseri-seri mencerminkan keikhlasan hatinya, Ali Bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu melihat orang Nasrani itu beranjak dari tempat sambil mengangkat baju besi, yang baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba orang Nasrani itu balik kembali menghampiri Ali bin Abu Tholib Rodhiyallohu Anhu. Orang Nasrani itu berkata, “apa yang kau saksikan mengenai diri anda, benar-benar sama seperti hukum yang berlaku bagi para Nabi”, kemudian dengan hikmah ia berkata lebih lanjut, “sekarang aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah ya Amirul Mukminin, memang benarkah baju besi itu kepunyaan anda, waktu anda berangkat ke Shiffin, dulu aku mengikuti Khalifah anda. Baju besi ini jatuh kemudian diambil oleh seorang anggota pasukan yang sedang kekurangan bekal”.

Dengan hati tenang, Ali Bin Abi Thalib menjawab pertanyaan orang Nasrani yang sudah mengikrarkan syahadat itu, karena sekarang sudah memeluk agama Islam. “dan barang itu sekarang sudah menjadi kepunyaan anda”. Percakapan antara dua orang itu disaksikan oleh Hakim dan hadirin yang lain.

Mereka ramai membicarakan kejadian yang sangat mengesankan itu. Benarlah bahwa hanya orang Muslim yang menghayati Islam sepenuhnya saja yang dapat bersikap seperti Ali bin Abu Tholib Radhiallahu Anhu, tetapi jelasnya tak ada orang lain yang lebih terkesan dalam hatinya selain orang Nasrani yang kemudian menjadi Muslim. Itu jelas kenyataan ini dibuktikan pada hari-hari selanjutnya, bagaimana bekas Nasrani tua-tua menjadi seorang Muslim yang sangat gigih membela Ali Bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu dalam perjuangan menegakkan kebenaran Islam dan menumpas pemberontakan khawarij ini rahwan.

Peristiwa tersebut merupakan petunjuk nyata tentang betapa tingginya tingkat ketaqwaan, kejujuran dan keadilan Ali bin Abi Tholib, sebagaimana yang telah Rasulullah SAW ajarkan. Bahwa beliau selalu mengajak bermusyawarah para sahabat, jika menghadapi masalah dana untuk memantapkan hati dan menyemangati mereka dalam menjalankan pokok-pokok penting kehidupan. Kisah ini juga mengambil musyawarah yang menghasilkan kesepakatan dan tentunya berpegang teguh pada hasil tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here