KISAH 2 ORANG MUADZIN YANG MASUK NERAKA
Suul Khotimah adalah kebalikan dari Khusnul Khotimah, secara harfiah artinya akhir hidup yang jelek, maksudnya seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak baik keimanan dan ketaqwaannya kepada AllAh SWT.
Contohnya seseorang yang awalnya baik tetapi di akhir kehidupannya Ia melakukan keburukan dan kemaksiatan, serta kedurhakaan hingga maut menjemputnya. Maka di dalam agama Islam, kita diajarkan untuk selalu memohon kepada Allah, agar kita tetap dalam keadaan beriman kepadanya pada saat ajal tiba.
Karena meskipun selama hidup kita senantiasa mengucapkan syahadat dengan lantunkan adzan dan lain sebagainya, namun belum tentu kita membawa kalimat syahadat ini diakhir hidup.
Dan inilah sebuah kisah dalam kitab Ruhul Bayan menyebutkan bahwa ada dua orang yang meninggal Suul Khatimah. Padahal selama hidupnya dia sudah menjadi muadzin selama 40 tahun dan satu orang lagi selama tiga puluh tahun usai. Kisah ini bersumber dari Abdullah bin Ahmad, dia berkisah sebagai berikut,” ketika kami sedang thawaf di sekitar Ka’bah, ada seorang lelaki yang bergantungan pada tambu Ka’bah dan dia sambil berdoa, “ya Allah wafatkan kami dalam keadaan Islam”. Dia tidak menambah apapun dalam doanya selain tersebut, karena rasa penasaran, lalu saya bertanya pada laki tersebut, “mengapa kamu tidak menambah sesuatu dalam doamu?”, dengan agak sedih hati, lelaki itu menjawab, “Andai kamu mengerti apa yang saya alami, pasti kamu tidak akan bertanya demikian”
Saya bertanya lagi, “memangnya apa yang pernah kamu alami?”, lelaki tersebut kemudian menjawab sambil bercerita, “Saya mempunyai dua saudara, yang tertua menjadi muadzin selama 40 tahun, namun ketika dia sekarat, dia meminta Alquran, kami mengira ia ingin mengharap barokahnya atau membacanya beberapa ayat, namun kenyataannya tidak demikian, ia justru mengambil Alquran dengan tangannya dan minta untuk disaksikan pada orang yang hadir waktu itu, bahwa dia sudah bebas dari Alquran dan dia berpindah agama, lalu kemudian dia meninggal dengan keadaan Nasrani. Setelah dia dikubur, saudaraku yang kedua lalu menjadi muadzin selama tiga puluh tahun dan dia juga bernasib sama dengan kakak tertua, yaitu mati dalam keadaan beragama Nasrani. Karena hal inilah, saya selalu berdoa dan meminta semoga kami diselamatkan oleh Allah SWT, serta selalu menjaga Agamaku, karena saya takut nasibku seperti saudara-saudaraku”
Dan kemudian saya bertanya lagi pada laki-laki tersebut, “lalu dosa apa yang dilakukan kedua saudaramu itu?”, dia menjawab, “mereka selalu mencari dan meneliti kesalahan dan aib dari orang lain”
Adapun Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah kita harus tetap teguh pendirian, atau suatu keyakinan yakni kebenaran ajaran Allah SWT. Dan melaksanakan segala ketentuannya.