Home Asal-Usul Sejarah Rokok di Dunia dan Asal Usul Masuknya ke Indonesia

Sejarah Rokok di Dunia dan Asal Usul Masuknya ke Indonesia

0
Sejarah Rokok di Dunia dan Asal Usul Masuknya ke Indonesia
<center>gambar istimewa</center>

Bagi sebagian orang, rokok sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup. Tapi tahukah Anda bagaimana awalnya manusia menghirup asap tembakau ini? Mengapa bisa sangat populer di masyarakat? Simak sejarah rokok di dunia dan asal usul masuknya tembakau ke Indonesia di artikel ini.

Bagi sebagian orang, rokok atau sigaret merupakan salah satu gaya hidup yang tak dapat dipisahkan. Di Indonesia sendiri, rokok bukan hanya menjadi gaya hidup, tapi juga memiliki nilai sejarah dan budaya.

Oleh karena itu, cigarettes merupakan hal yang sangat lazim ditemukan di Indonesia. Mulai dari toko kelontong, pedagang asongan, pasar, hingga supermarket besar, semua menyediakan produk olahan tembakau tersebut. Tidak hanya itu, harga rokok di Indonesia juga lebih murah dibanding negara-negara seperti Australia, Singapura, Jepang, atau Korea Selatan.

Menurut data World Bank tahun 2016, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah perokok aktif dewasa terbanyak di dunia. Di antara para perokok dewasa tersebut, sebagian besarnya merupakan laki-laki.

Mengapa rokok bisa sangat populer dikonsumsi masyarakat? Siapa penemunya? Bagaimana asal usul dan sejarah rokok bisa masuk di Indonesia? Simak artikel ini untuk mencari tahu info selengkapnya. Semoga dengan membacanya, wawasan Anda tentang dunia tembakau ini bisa berkembang.

Penyebaran Tembakau di Dunia

Rokok
gambar istimewa

Pada tahun 1492, Christopher Columbus tiba di sebuah pulau yang kini dikenal dengan San Salvador. Saat itu ia disambut hangat oleh penduduk asli Amerika, ia dan awaknya kemudian diberikan hadiah beberapa dedaunan tembakau kering.

Bingung dengan hadiah yang mereka dapatkan, Columbus dan rombongannya pun membuang daun itu karena tidak bisa dimakan. Setelah melakukan penjelajahan lebih jauh, mereka menemukan penduduk asli Amerika yang sedang membakar dan menghirup asap daun tembakau.

Setelah mengetahui hal tersebut, rombongan Columbus pun kemudian membawa daun itu pulang. Mereka lalu memperkenalkan tembakau sebagai komoditas dagang.

Tanpa disangka, daun tembakau tersebut ternyata cukup laku, terutama di kota-kota pelabuhan di Spanyol dan Portugis. Berkat banyaknya pelaut yang melakukan perjalanan ke Amerika, peredaran daun tembakau pun makin besar di Eropa. Para pelaut percaya bahwa kandungan zat dalam rokok bermanfaat untuk meredakan pilek dan radang tenggorokan.

Kemudian pada 1556, tanaman tembakau mulai dikembangkan di Eropa. Negara Eropa yang pertama kali mengembangkannya yaitu Prancis, kemudian disusul Portugal, Spanyol, dan Inggris. Pada 1571, tembakau tersebar di sebagian besar Eropa, tapi pada 1600-an disahkan hukum yang membatasi perkebunan dan penjualan daun ini.

Oleh sebab itu, beberapa negara membawa dan mencoba memperluas perkebunan di tanah-tanah jajahan mereka. Amerika, Asia, dan Afrika menjadi tempat tujuan perluasan lahan. Sementara di negara-negara Timur Tengah, tembakau menyebar lewat perdagangan.

Sejarah berkembangnya industri rokok di Indonesia tidak lepas dari peran VOC yang melakukan perluasan lahan. Bahkan saking meningkatnya permintaan, pada 1840 Gubernur Van den Bosch memberlakukan tanam paksa tembakau.

Maraknya Rokok Pipa

gambar istimewa

Sebelum mengetahui asal usul rokok filter yang biasa Anda hisap, coba kenalan dulu dengan nenek moyangnya, pipa. Rokok pipa banyak digunakan oleh orang-orang asli Amerika, mulai dari Suku Olmec, Maya, dan Indian, untuk menghisap tembakau dan tanaman obat lain.

Bentuk pipa yang digunakan oleh masyarakat Mesoamerika beragam tergantung kebudayaannya. Tapi yang paling mirip dengan pipa orang-orang Eropa adalah Calumet milik suku Indian.

Pipa yang disebut calumet ini memiliki bentuk yang panjang dan tipis, serta dihiasi dengan bulu-bulu burung yang indah. Material yang digunakan kebanyakan adalah kayu, tapi ada juga yang menggunakan pipestone. Dengan calumet, orang indian tidak hanya menyulut daun tembakau,tapi juga tanaman obat lainnya.

Para pelaut yang melihat hal tersebut kemudian terinspirasi. Mereka lalu membuat sebuah pipa dari tanah liat. Tidak hanya berbeda bahan, orang-orang eropa kemudian mengubah bentuknya agar lebih kecil agar lebih mudah dibawa.

Seiring berjalannya waktu, pipa pun semakin marak digunakan oleh masyarakat eropa, terutama kalangan kelas atas. Bahan pembuatan alat tersebut juga semakin beragam, dari batu alabaster, pipestone merah, hingga kayu oak.

Tidak hanya di Eropa saja, di beberapa tempat di dunia, pipa juga dikenal dengan bentuk dan nama berbeda. Misalnya midwakh dari arab, butz-choquin dari Prancis, kiseru dari Jepang, dan masih banyak lagi. Campuran yang digunakan dengan tembakau juga berbeda-beda, mulai dari opium, ganja, hingga tanaman obat.

Penemuan Mesin Linting dan Industrialisasi

Rokok
gambar istimewa

Penggunaan rokok linting di Eropa mulai meningkat pada tahun 1850-an setelah meletusnya Perang Krimea. Peningkatan tersebut paling banyak terjadi di kalangan angkatan bersenjata.

Hal ini dikarenakan merokok dengan menggunakan pipa agak merepotkan sehingga tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Mereka lebih memilih meniru kebiasaan prajurit Turki dan Rusia yang menggunakan kertas sigaret atau koran untuk melinting tembakau mereka. Sehingga lebih praktis karena hanya perlu menyulut lintingan tersebut.

Perang Dunia I dan II membuat kebutuhan sigaret terus meningkat sebagai penenang yang paling dicari oleh para prajurit. Hingga pada 1859, Pabrik Rokok Gloag resmi menjual merek rokok lintingan pertama di dunia. Ia awalnya menjual produk ini untuk para tentara, tapi lama kelamaan ia juga menjualnya untuk masyarakat luas.

Sayangnya meski permintaan tinggi, kemampuan produksinya tidak mampu memenuhi. Pada tahun 1875, sebuah perusahaan yang memproduksi kartu rokok, Allen and Ginter, membuat sayembara untuk menciptakan alat pelinting rokok. Kemudian lima tahun setelahnya, seorang pemuda bernama James Albert Bonsack memenangkan sayembara.

Bonsack berhasil membuat prototype mesin linting ciptaannya pada 1880, tapi sayangnya alat itu hancur karena kebakaran. Ia pun membangun alat linting yang baru lalu mematenkannya pada tahun 1881.

Mesin ini mengubah industri rokok di dunia. Harga yang mahal karena kelangkaan barang, perlahan-lahan menurun. Selain itu muncul banyak kompetitor-kompetitor perusahaan rokok sehingga tidak terjadi monopoli pasar.

Munculnya Rokok Filter

Rokok
gambar istimewa

Di antara jenis-jenis lain, rokok putih filter merupakan jenis yang paling banyak dijual di pasaran. Sigaret jenis ini dianggap lebih sehat jika dibanding sigaret yang tidak menggunakan filter karena memiliki kadar tar yang lebih rendah. Tapi, tahukah Anda tahu asal usul filter rokok yang sebenarnya?

Ternyata, filter pada rokok pertama kali dibuat dengan tujuan agar serpihan tembakau tidak masuk ke mulut saat dihisap. Pada 1925, Boris Aivaz, seorang penemu asal Hungaria menciptakan filter rokok pertama kali dari kertas crepe. Filter jenis ini lama kelamaan ditinggalkan karena tidak begitu efektif.

Kemudian pada tahun 1935, diciptakan mesin untuk membuat filter. Filter tersebut kemudian dimasukkan dalam ujung lintingan pertama kali oleh perusahaan rokok asal Inggris-Amerika, B&W. Sejak saat itu, perusahaan-perusahaan rokok lain mulai memasarkan rokok filter.

Beragam inovasi pun dilakukan pada filter tersebut, mulai dari memodifikasi panjang dan mengubah bentuknya. Inovasi-inovasi seputar filter sigaret ini tidak hanya terpaku pada bentuk saja, tapi juga rasanya.

Pada 1956, perusahaan sigaret milik R.J. Reynolds pertama kali memasarkan rokok dengan mentol pada filternya. Pada 1960, kapsul rasa mentol dalam filter diperkenalkan di masyarakat, sayangnya inovasi ini tidak terlalu diminati masyarakat.

Kemudian pada 2007, brand rokok Camel meluncurkan kapsul rasa yang telah dikembangkan sehingga tidak hanya memiliki mentol, tapi juga buah-buahan. Langkah ini kemudian diikuti oleh merek-merek lainnya di berbagai negara.

Asal Usul dan Sejarah Masuknya Tembakau di Indonesia

Sejarah tanam paksa rokok di Indonesia sudah sedikit disinggung di atas. Meski perluasan lahan dan perkembangan produksinya merupakan efek dari kebijakan VOC, tapi ternyata tembakau sudah ada di Indonesia sebelumnya.

Asal usul rokok tembakau di Indonesia memiliki sejarah yang simpang siur. Misalnya, di daerah sekitar Dieng dan Gunung Sindoro, masyarakat percaya bahwa bibit tembakau merupakan pemberian Sunan Kudus. Sementara masyarakat Madura percaya bahwa bibit tembakau dibawa oleh orang bernama Ki Ageng Katandur.

Belum ada yang bisa menjelaskan dengan tepat sejarah masuknya bahan baku rokok ini di Indonesia. Namun dari relief yang ada di Candi Borobudur, masyarakat Indonesia diperkirakan telah mengenal tembakau sejak abad ke-8. Pada relief tersebut, digambarkan masyarakat yang memiliki kebiasaan nginang atau mengunyah tembakau.

Sementara konsumsi tembakau dengan dibakar diperkirakan sudah ada di Indonesia di akhir 1500-an. Hal tersebut merujuk pada sajak dalam Babad Tanah Jawi yang menceritakan kebiasaan merokok Panembahan Senopati atau Sultan Agung Kerajaan Mataram Islam.

Menurut sejarah, tembakau ditanam secara sporadis pada permulaan tahun 1600-an. Penanaman bahan baku dan produksi rokok secara luas kemudian dilakukan VOC di Indonesia pada tahun 1820. Awalnya, perkebunan hanya berada di daerah Surakarta dan Yogyakarta. Namun karena regulasi dari pemerintahan kraton, perkebunan ini sulit berkembang.

VOC pun membuka lahan di daerah-daerah lain dengan memberlakukan tanam paksa pada 1840 dibawah perintah Gubernur Jenderal Van den Bosch. Lahan-lahan tersebut berada di daerah Kediri, Kedu, Klaten, Kudus, Pati, dan Deli. Pada 1860, mereka membuka lahan di Madura, menggantikan tebu karena tembakau dianggap lebih menguntungkan.

Perkembangan kebun tembakau seakan tidak berhenti, pada 1910 VOC membuat kebun tembakau besar disertai balai penelitian di daerah Besuki, Situbondo, Jawa Timur. Banyak orang Madura yang saat itu dipaksa meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja di tempat tersebut.

Sejarah Munculnya Rokok Kretek di Indonesia

Rokok
gambar istimewa

Rokok kretek merupakan produk olahan tembakau yang dicampur dengan cengkih. Nama kretek sendiri diambil dari suara yang dihasilkan saat cengkih terbakar. Di Indonesia, rokok kretek filter merupakan produk yang paling banyak dijual. Kira-kira bagaimana sejarah dan asal usulnya? Simak yuk.

Ada dua versi sejarah munculnya rokok kretek di Indonesia. Versi pertama mengatakan bahwa kretek merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan Haji Djamhari, seorang warga asli Kudus yang hidup pada abad 19. Konon, beliau kerap merasakan sakit di bagian dadanya. Untuk mengatasi itu, ia pun mengoleskan minyak cengkih.

Ia lalu memiliki ide untuk mencampurkan cengkih ke dalam rokoknya. Awalnya ia hanya mengoleskan minyak tersebut ke daun tembakau sebelum dilinting, lama kelamaan ia juga mencampurkan cengkih kering yang dihaluskan.

Versi kedua mengatakan bahwa kretek merupakan kreasi dari seorang pedagang tembakau bernama Mbok Nasilah. Diceritakan bahwa dahulu Mbok Nasilah kesal dengan para kusir yang kerap mengotori warungnya karena membuang sisa nginang sembarangan.

Ia lalu membuat campuran tembakau dan cengkeh lalu melintingnya dengan kulit jagung yang diikat dengan tali. Rokok tersebut disukai oleh para kusir dan lama kelamaan dikonsumsi oleh masyarakat sekitar Kudus.

Pada 1894, Mbok Nasilah menikahi Nitisemito, seorang pengusaha asal Kudus. Nitisemito kemudian pertama kali memasarkan rokok kretek tanpa filter pada 1913 dengan merek Kodok Mangan Ulo. Tiga tahun kemudian, merek tersebut berganti nama menjadi Tjap Bal Tiga.

Sejak saat itu, banyak perusahaan dan pabrik rokok kretek bermunculan di Kudus. Beberapa di antaranya, Jangkar, Goenoeng Kedoe, Tebu dan Tjengkeh, Sukun, Padi, Manggis, hingga Djarum yang resmi didirikan pada 1951.

Tidak hanya di Kudus, pabrik tembakau juga banyak bermunculan di Jawa Timur. Misalnya di Kediri muncul pabrik Gudang Garam, lahirnya Bentoel di Malang, Sampoerna di Surabaya, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, kretek pun mengalami perubahan bentuk dan bahan kemasan. Dari klobot yang dibungkus kulit jagung, rokok yang dibungkus kertas, hingga kretek filter yang dibuat dengan mesin pertama kali oleh Sampoerna.

Budaya Merokok di Masyarakat Indonesia

Hal ini tidak lepas dari anggapan masyarakat bahwa merokok bersama merupakan bentuk keakraban. Selain itu harga yang murah, ketersediaan barang, dan iklan yang gencar membuat masyarakat semakin sulit meninggalkan barang ini.

Bahkan meski peraturan anti rokok semakin diperketat, diperkirakan jumlah perokok Indonesia masih akan bertambah. Menurut data WHO, jumlah perokok di Indonesia pada 2020 akan mencapai lebih dari 30% total populasi.

Demikian asal usul dan sejarah rokok di dunia dan Indonesia, semoga tidak hanya menghibur tapi juga memperluas wawasan Anda. Sebab bagi masyarakat Indonesia, sigaret tidak hanya memiliki nilai konsumsi, tapi juga budaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here