32.3 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Amerika Dikepung Rusia dan China, Jendral AS Akui Beresiko Bila Berkonflik

Amerika Serikat harus berpikir dua kali kalau harus perang berhadapan langsung dengan Rusia. Apalagi saat ini hubungan Amerika Serikat dengan China juga tak terlalu baik. Karenanya Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley sangat berisiko bila negaranya berkonflik dengan dua negara tersebut.

Diakuinya bila saat ini pemerintahannya dibawah kepemimpinan Presiden Joe Biden tengah menghadapi dua kekuatan besar tersebut yakni China dan Rusia. Dan, diketahui bila Rusia dan China merupakan negara yang menentang kekuasaan global yang berdasarkan hukum internasional kini dipegang oleh Amerika Serikat.

Karenanya Rusia tanpa pikir panjang berani menginvasi Ukraina sekutu Amerika Serikat. Sementara China terus mengembangkan militer serta mengintimidasi Taiwan dan tak mau mengalah dalam sengketa Laut China Selatan.

Kita sekarang menghadapi dua kekuatan dunia, Rusia dan China

Masing-masing mereka punya potensi militer signifikan dan berkehendak kuat mengubah tatanan berbasis hukum yang ada saat ini, kata Milley dalam upacara wisuda Akademi Militer West Point AS sebagaimana dikutip TASS, Sabtu (21/5/2022). AS tengah memasuki dunia yang semakin tidak stabil.

Dunia yang kalian masuki ini menghadapi risiko konflik internasional besar antara kekuatan-kekuatan terbesar dunia. Potensi itu semakin berkembang, bukan malah berkurang, lanjutnya. AS sendiri kerap berselisih dengan China ataupun Rusia dalam berbagai hal.

Invasi ke Ukraina mulai Februari lalu mempertegang hubungan Washington-Moskow. Sementara itu di Indo-Pasifik, China menuduh AS ingin memperbesar pengaruh di kawasan tersebut melalui pembentukan aliansi AUKUS dan kerja sama dengan Korea Selatan serta Jepang.

Rusia Bikin Masyarakat Global Kelaparan

Amerika Serikat benar-benar pusing dan stress dibuat oleh Rusia. Akan tetapi, hal ini dikarenakan ulah Amerika Serikat sendiri yang menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Diketahui saat ini Amerika Serikat membela Ukraina dalam perang dengan Rusia. Bukannya bikin Rusia takluk, justru sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat itu malah berbalik seolah senjata makan tuan.

Kini ekonomi Amerika Serikat malah hancur berantakan, pasokan sumber energi mereka kekurangan hingga bahan pangan pun terjadi kekurangan. Karenanya, Amerika dan Uni Eropa berada diambang bencana kelaparan akibat kekurangan pangan. Sementara Rusia telah memutuskan dan mengambil kebijakan untuk menghentikan ekspor pangan ke Amerika Serikat dan para sekutunya.

Hal ini kemudian membuat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menuduh Rusia menggunakan makanan sebagai senjata perang di Ukraina, Kamis (19/5/2022). Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Blinken mengatakan Rusia telah menyandera pasokan makanan tidak hanya untuk jutaan orang Ukraina, tetapi juga jutaan orang di seluruh dunia yang bergantung pada ekspor Ukraina.

Dia mengimbau Rusia untuk berhenti memblokade pelabuhan Ukraina

“Pemerintah Rusia tampaknya berpikir bahwa menggunakan makanan sebagai senjata akan membantu mencapai apa yang belum dilakukan invasi untuk mematahkan semangat rakyat Ukraina,” kata Blinken seperti dikutip Channel News Asia.

“Pasokan makanan untuk jutaan orang Ukraina dan jutaan lainnya di seluruh dunia telah benar-benar disandera oleh militer Rusia,” tambahnya.

Perang di Ukraina telah menyebabkan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung. Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global.

Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, barley, minyak bunga matahari dan minyak lobak. Sementara Rusia dan Belarusia, yang telah mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina, menyumbang lebih dari 40 persen ekspor kalium global, nutrisi tanaman.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan pernyataan Blinken benar-benar salah

Rusia seharusnya tidak disalahkan atas krisis pangan global yang telah terjadi selama beberapa tahun. Nebenzia menuduh Ukraina menahan kapal asing di pelabuhannya dan menambang perairan. Dia mengatakan militer Rusia telah berulang kali mencoba membuka koridor yang aman untuk kapal. Nebenzia kemudian menyalahkan sanksi Barat yang dijatuhkan pada Moskow atas perang Ukraina karena memiliki efek mengerikan pada ekspor makanan dan pupuk Rusia.

Blinken menolak klaim Rusia bahwa sanksi memicu krisis pangan

“Keputusan untuk mempersenjatai makanan adalah milik Moskow dan Moskow sendiri,” kata Blinken.

“Sebagai akibat dari tindakan pemerintah Rusia, sekitar 20 juta ton biji-bijian tidak terpakai di silo Ukraina karena pasokan makanan global berkurang, harga meroket, menyebabkan lebih banyak lagi di seluruh dunia mengalami kerawanan pangan,” tambahnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sedang mencoba untuk menengahi “kesepakatan paket” yang akan memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor makanan melalui Laut Hitam dan menghidupkan kembali produksi makanan dan pupuk Rusia ke pasar dunia.

“Ada cukup makanan untuk semua orang di dunia. Masalahnya adalah distribusi, dan ini sangat terkait dengan perang di Ukraina,” kata Guterres kepada dewan tersebut.

 

Sumber: TASS/Kompas.TV/Tribunnews.com/Rica Agustina

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
26,600SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles