31.3 C
Jakarta
Thursday, March 28, 2024

Gejala, Penyebab, Faktor Risiko Bell’s Palsy

Bell’s palsy adalah kelumpuhan pada salah satu sisi otot wajah sehingga salah satu sisi wajah tampak melorot. Bell’s palsy terjadi secara tiba-tiba, tetapi biasanya tidak bersifat permanen.

Bell’s palsy bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, kondisi ini paling sering terjadi pada ibu hamil, penderita diabetes, dan penderita infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu.

Banyak orang mengira Bell’s palsy sebagai stroke karena sama-sama menimbulkan gejala lumpuh. Padahal, gejala Bell’s palsy hanya terbatas di otot wajah dan sebagian besar penderitanya dapat pulih sepenuhnya dalam waktu 6 bulan.

Meskipun sama-sama menyebabkan kelumpuhan separuh wajah, Bell’s palsy berbeda dengan sindrom Ramsay-Hunt. Sindrom ini merupakan komplikasi dari herpes zoster yang menyerang saraf wajah.

Penyebab Bell’s Palsy

gambar istimewa

Walaupun penyebab terjadinya penyakit Bell’s palsy belum dapat dipastikan, sering kali penyakit ini dikaitkan dengan infeksi virus. Beberapa virus yang berhubungan dengan Bell’s palsy termasuk virus yang menyebabkan beberapa penyakit di bawah ini:

  • Herpes kelamin (herpes simplex).
  • Cacar air dan sirap (herpes zoster).
  • Monosit (Epstein-Barr).
  • Penyakit pernapasan (Adenovirus).
  • Campak Jerman (rubella).
  • Gondok (virus gondok).
  • Influenza (flu B).
  • HFMD (Coxsackievirus).

Sekali terinfeksi, saraf wajah pada pasien dengan radang dan bengkak menyebabkan kelumpuhan total atau pada salah satu sisi wajah.

Gejala Bell’s Palsy

gambar istimewa

Gejala Bell’s palsy dapat bervariasi pada setiap orang dan dapat bersifat ringan atau berat. Gejala Bell’s palsy juga datang secara tiba-tiba.

Tanda paling umum pada penderita Bell’s palsy adalah kelumpuhan di salah satu sisi wajah yang muncul secara mendadak. Kelumpuhan ini dapat berlangsung dalam 2 minggu hingga 6 bulan dan biasanya tidak permanen. Pada kasus yang jarang terjadi, kelumpuhan dapat terjadi di kedua sisi wajah.

Kelumpuhan wajah ini akan tampak dalam:

  • Perubahan bentuk wajah
  • Salah satu sisi wajah tampak melorot
  • Sulit tersenyum
  • Sulit menutup mata

Selain perubahan bentuk wajah, gejala lain juga dapat dirasakan oleh penderita, yaitu:

  • Rasa nyeri di sekitar rahang dan belakang telinga pada sisi yang mengalami kelumpuhan
  • Sakit kepala
  • Penurunan kemampuan mengecap rasa
  • Mata kering
  • Otot wajah berkedut
  • Air liur yang menetes (mengiler)
  • Telinga berdenging atau tinnitus
  • Sensitif terhadap suara

Faktor Risiko Bell’s Palsy

gambar istimewa

Bell’s palsy dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:

  • Berusia 15–60 tahun
  • Menderita penyakit autoimun, seperti myasthenia gravis
  • Sedang hamil, terutama pada trimester ketiga
  • Menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), seperti flu
  • Memiliki anggota keluarga yang menderita Bell’s palsy
  • Menderita obesitas
  • Menderita infeksi virus, seperti COVID-19
  • Mendapatkan vaksinasi untuk COVID-19
  • Menderita diabetes
  • Menderita tekanan darah tinggi
  • Menderita dislipidemia, yaitu kondisi ketika kadar lemak dalam darah meningkat
  • Terpapar udara dingin
  • Terpapar radiasi
  • Mengalami preeklamsia yang parah

Kapan Harus ke Dokter

gambar istimewa

Segera ke dokter jika Anda mengalami kelumpuhan di wajah. Hal ini untuk mewaspadai terjadinya stroke, karena stroke dan Bell’s palsy sama-sama menunjukkan kelumpuhan pada satu sisi wajah. Meski begitu, stroke juga dapat mengakibatkan kelumpuhan pada bagian tubuh lain.

Pemeriksaan sejak dini juga diperlukan karena pengobatan Bell’s palsy bisa lebih efektif jika dilakukan dalam 3 hari sejak munculnya gejala.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
26,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles