31.1 C
Jakarta
Thursday, March 28, 2024

Jokowi: Kenaikan Harga Mi dan Roti Karena Perang Ukraina

Perang antara Rusia vs Ukraina disebut mengakibatkan kelaparan di sejumlah negara. Peringatan soal kenaikan harga mi dan roti serta kelaparan itu juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dalam Peringatan Hari Keluarga Nasional di Medan, Sumatera Utara, Jokowi menyebut harga pangan dunia, terutama komoditas gandum naik kareka konflik Rusia vs Ukraina, Kamis (7/7/2022).

Jokowi mengungkapkan, saat ini Indonesia mengimpor 11 juta ton gandum untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Rusia, Ukraina, dan ditambah Belarusia merupakan negara penghasil gandum terbesar di dunia.

Negara-negara tersebut menahan stok gandum mereka untuk tidak di jual ke luar. Ukraina menahan stok kurang lebih 77 juta ton gandum dan Rusia 130 juta ton.

“Bayangkan, berapa ratus juta orang ketergantungan kepada gandum Ukraina dan Rusia. Dan sekarang ini sudah mulai karena barang itu gak bisa keluar dari Ukraina dan Rusia, di Afrika dan beberapa negara di Asia sudah mulai yang namanya kekurangan pangan akut. Sudah mulai yang namanya kelaparan,” katanya.

Meskipun harga pangan di dunia naik, harga beras di Indonesia tidak mengalami kenaikan. Harga beras terbilang stabil karena produksi beras petani mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Biasanya Indonesia harus impor beras 1,5-2 juta ton beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

“Untungnya kita ini, alhamdulillah rakyat kita utamanya petani masih berporduksi beras dan sampai saat ini harganya belum naik. Semoga tidak naik, karena stoknya selalu ada, dan sudah tiga tahun kita tidak impor beras lagi,” ujarnya.”

Penjelasan Putin pada Jokowi soal Ukraina

gambar istimewa

Sebelumnya, Putin memberikan penjelasan panjang pada Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Keduanya membahas isu krisis pangan yang muncul akibat perang Rusia dan Ukraina. Putin pun memberikan penjelasan mengenai peran pihak Barat yang disebutnya menjadi penyebab mendasar dalam bencana pangan tersebut.

Jokowi menyinggung masalah ketahanan pangan dan situasi di pasar pupuk. Ia terang-terangan menegur Putin dan meminta agar Rusia tidak memperpanjang larangan ekspor biji-bijian Ukraina yang bisa sebabkan krisis.

Membantah tudingan tersebut, Putin menekankan bahwa tidak ada yang mencegah militer Ukraina membersihkan pelabuhan yang sarat ranjau agar dapat membawa makanan ke kapal. Dia mengatakan, gandum bisa diekspor melalui jalur lain.

“Kami tidak mengganggu ekspor gandum Ukraina. Otoritas militer Ukraina telah memasang ranjau berdekatan dengan pelabuhan mereka, tidak ada yang mencegah mereka membersihkan ranjau dan menarik kapal dengan gandum dari sana, kami menjamin keamanan. Selain itu, ada ekspor lainnya Melalui Rumania, Danube dan pergerakan selanjutnya di sepanjang Laut Hitam, melalui Polandia, melalui Belarusia, melalui pelabuhan Laut Azov,” terang Putin.

Menurut Rusia, di Ukraina sekarang ada sekitar 5 juta ton biji-bijian yang diblokir, jumlah seperti itu tidak mempengaruhi pasar dunia dengan cara apa pun.

“Baru-baru ini, masalah yang berkaitan dengan ekspor gandum Ukraina telah dibahas secara aktif. Menurut Departemen Pertanian AS, di Ukraina ada 6 juta ton gandum, menurut data kami, sekitar 5 juta ton,” beber Putin.

“Jika yang kami maksud adalah volume produksi di dunia, 800 juta ton, maka kami memahami bahwa ini adalah jumlah yang tidak mempengaruhi pasar dunia dengan cara apa pun. Ini sekitar 2,5 persen, dan 0,5 persen dari semua makanan yang diproduksi di dunia.”

Putin menambahkan bahwa dalam masalah gandum Ukraina, Rusia bekerja sama erat dengan organisasi PBB yang relevan. PBB mengumumkan ancaman krisis pangan karena kekurangan biji-bijian, Barat menuduh Rusia menangkal pasokan biji-bijian Ukraina ke pasar dunia.

Moskow dengan tegas membantah tuduhan tersebut, dikatakan bahwa sanksi terhadap pelabuhan Rusia menciptakan kesulitan bagi pasar makanan dan pupuk.

“Masalahnya adalah negara-negara ini telah memberlakukan sanksi terhadap pelabuhan kami, menciptakan kesulitan dalam mengasuransikan kargo dalam pengiriman, dan ini semua menciptakan masalah tertentu untuk makanan dan pupuk,” ungkap Putin.

Selain itu, kenaikan harga di pasar pangan disebabkan karena adanya pandemi Virus Corona, dan negara-negara Barat pun mulai menumpuk produk pangan dari pasar dunia.

“Untuk makanan, dalam rangka memerangi konsekuensi pandemi, negara-negara Barat mulai mengeluarkan emisi, meningkatkan defisit anggaran mereka, dan mulai meraup produk makanan dari pasar dunia karena emisi ini, harga pangan naik tajam,” jelas Putin.

“Mereka membeli lebih banyak daripada menjual. Uang telah dicetak, dolar telah didistribusikan, dan mereka membeli makanan. Harga telah naik, dan negara-negara berkembang telah menemukan diri mereka dalam situasi yang paling buruk,” pungkasnya.

Sumber: TribunWow.com

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
26,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles