27 C
Jakarta
Thursday, April 18, 2024

Sosiolog UGM, Fenomena SCBD Perlawanan Budaya Pamer Kemewahan-Konsumerisme

Kemunculan komunitas remaja yang berasal dari Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok (SCBD) yang membanjiri kawasan bisnis dan perkantoran di Jalan Sudirman Jakarta, merupakan fenomena baru yang mengisi ruang publik untuk ekspresi.

Fenomena tersebut menelurkan Citayam Fashion Week yang dikenal luas masyarakat belakangan ini. Sebagai bagian dari kegiatan fashion jalanan, apakah kemunculan fenomena ini bisa disebut sebagai ekspresi anak muda atau budaya musiman?

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Sulistyo Widhyarto mengatakan kemunculan Citayam Fashion Week sebagai bagian pembentukan budaya baru dilakukan anak muda sehingga perlu diapresiasi.

“Salah satu karakter kaum muda adalah pencipta budaya dan kebudayaan youth culture. Fenomena Citayam mempunyai efek budaya dari kebudayaan tersebut,” katanya dalam siaran tertulis, Kamis (21/7/022).

Ruang kota menawarkan tantangan baru

gambar istimewa

Sulistyo mengatakan, kemunculan mereka yang menggunakan area publik di pusat ibu kota sebagai lokasi unjuk ekspresi serta memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru, sangat brilian karena gaya busana bagian dari budaya yang bisa diterima seluruh lapisan masyarakat.

”Ruang kota menawarkan tantangan baru, yakni kesempatan untuk mendorong pembentukan budaya mengikuti budaya yang bisa diterima adalah fashion,” kata Sulistyo, dilansir dari IDN Times.

Melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan

gambar istimewa

Anak-anak muda yang melakukan peragaan busana di jalanan ibu kota ini, kata Sulistyo, umumnya berasal dari kota-kota penyangga Jakarta. Bahkan, mereka berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah yang seakan menunjukkan apa yang mereka lakukan melawan arus fenomena budaya konsumerisme, dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat media sosial atau influencer.

”Mereka memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Maka Citayam adalah representasi kaum muda menengah ke bawah. Dan, menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota,” ujar Sulistyo.

Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya

gambar istimewa

Kendati, kata Sulistyo, kelompok remaja ini juga menggunakan media digital untuk memperkuat gaung ruang ekspresi budaya baru mereka.

“Kaum muda di sana paham betul jika Jakarta adalah ruang yang bisa mewakili daya tarik dan meningkatkan audiens. Maka mereka dengan sadar menjadikan Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya,” kata dia.

Namun, kata Sulistyo, hal yang disorot adalah gaya busana yang digunakan komunitas Citayam ini yang memilih menggunakan baju pinjaman, atau membeli dengan harga murah. Berbeda dengan yang dilakukan kaum muda perkotaan umumnya.

Menggunakan baju pinjaman sampai dengan membeli dengan harga murah. Hal inilah yang membentuk kritik konsumsi fashion kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
26,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles