31.7 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Inilah 4 Orang Asing yang Membantu Kemerdekaan Republik Indonesia

Sejarah Indonesia mencatat, banyak sekali tokoh pergerakan nasional yang berjuang dalam mewujudkan Indonesia merdeka yang bebas dari penjajah. Adapun tokoh-tokoh pergerakan tersebut tidak hanya berlatar belakang tentara atau politisi. Bahkan, banyak orang asing yang ikut terlibat dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sejumlah orang asing membelot perintah negaranya demi membantu Indonesia meraih kemerdekaan. Alasan mereka sebagian besar terkait hak asasi manusia. Mereka yakin kebebasan dan kemerdekaan adalah hak seluruh bangsa. Siapa saja orang asing yang membantu kemerdekaan RI? Simak artikel di bawah ini.

Tadashi Maeda

Tadashi Maeda

Orang asing yang membantu kemerdekaan RI adalah Tadashi Maeda ialah perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang berjasa dalam penyelenggaraan kemerdekaan Indonesia. Dialah yang menyediakan kediamannya di Jl. Imam Bonjol, Jakarta, bagi para pemimpin Indonesia dalam mempersiapkan proklamasi kemerdekaan.

Perhatian dan simpatinya terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia tumbuh sejak ia menjabat atase militer di Nederland. Dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, di Belanda Maeda mengadakan hubungan dengan sejumlah tokoh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negara itu, antara lain Achmad Soebardjo.

Karena mendukung persiapan proklamasi Indonesia, Maeda ditangkap oleh Sekutu pada 1946, dan dipenjarakan di Gang Tengah selama satu tahun. Setelah itu ia dikembalikan ke Jepang.

Atas jasanya, pada 1973 Maeda diundang Pemerintah Indonesia untuk menghadiri perayaan Proklamasi 17 Agustus. Dalam kesempatan itu ia bertemu dengan Hatta. Ia juga menerima Bintang Jasa Nararya dari Pemerintah Indonesia, yang diserahkan oleh duta besar RI untuk Jepang Antonius Joseph Witono.

Muriel Stuart Walker

Ilustrasi Muriel Stuart Walker

Muriel Stuart Walker lahir di Glasgow, Skotlandia, yang kemudian bermigrasi bersama ibunya ke California, Amerika Serikat. Pada 1932 ia pindah ke Indonesia tepatnya Bali, karena terinspirasi dari film berjudul Bali: The Last Paradise. Lama tinggal di Indonesia membuatnya lancar berbahasa Bali dan Indonesia.

Selama Perang Kemerdekaan Indonesia, sekitar 1945 hingga 1949, Muriel direkrut oleh nasionalis Indonesia bergerilya bersama Bung Tomo dan pejuang lainnya, juga turut menyaksikan pertempuran Surabaya.

Muriel kemudian menjadi penyiar radio Voice of Free Indonesia yang kini menjadi Voice of Indonesia, sebuah divisi otonom di bawah RRI. Dia sempat menjadi penulis pidato bahasa Inggris pertama Presiden Sukarno. Muriel membuat beberapa siaran dalam bahasa Inggris dengan target pendengar Barat dan mendapat julukan “Surabaya Sue”.

Di awal-awal kemerdekaan Indonesia, siaran radio memegang peranan penting untuk mengirim pesan-pesan bangsa terbaru ke seluruh dunia, agar bangsa-bangsa di dunia mengenali kedaulatan Indonesia.

Dmitry Manuilsky

Dmitry Manuilsky

Sejak 4 Desember 1945, Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia, selalu menyatakan bahwa campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah jalan terbaik untuk memecahkan soal Indonesia dan Belanda. Karena itu, Sjahrir selalu mengirim surat ke PBB agar masalah Indonesia dibicarakan oleh Dewan Keamanan PBB.

Dmitry Manuilsky, utusan Ukraina untuk PBB, adalah tokoh pertama yang mengusulkan permasalahan Indonesia agar dibahas di Dewan Keamanan PBB. Di tiap sidang, Manuilsky bersikukuh jika Indonesia berada dalam keadaan bahaya. Berkat usahanya, sengketa Indonesia – Belanda menjadi sengketa internasional.

Ichiko Tatsuo

Ilustrasi Ichiko Tatsuo

Ichiko Tatsuo atau dikenal dengan nama Abdul Rachman, salah satu orang Jepang yang membelot untuk membantu Indonesia. Nama Abdul Rachman diberikan oleh Haji Agus Salim ketika Tatsuo menjadi penasihat Divisi Pendidikan PETA, sebagai bentuk penghargaan kepadanya. Setelah itu, Tatsuo menjadi Wakil Komando Pasukan Gerilya Istimewa di Semeru, Jawa Timur.

Ia gugur di Desa Dampit, Malang, pada 9 Januari 1949 karena tertembak tentara Belanda. Pada Februari 1958, Presiden Sukarno memperingati jasanya dengan memberi sebuah teks yang disimpan di biara Buddha Shei Shoji di Mintoku, Tokyo.

Biara tersebut akhirnya menjadi monumen Sukarno (Sukaruno hi) bertuliskan, “Kepada sdr. Ichiki Tatsuo dan sdr. Yoshizumi Tomegoro. Kemerdekaan bukanlah milik bangsa saja, tetapi milik semua manusia. Tokyo, 15 Februari 1958. Soekarno.”

Nah, itulah sejumlah orang asing membelot perintah negaranya demi membantu Indonesia meraih kemerdekaan.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
26,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles