Home Film Review Film Susah Sinyal: Komedi Kekinian ala Ernest Prakasa

Review Film Susah Sinyal: Komedi Kekinian ala Ernest Prakasa

0
Review Film Susah Sinyal: Komedi Kekinian ala Ernest Prakasa

Channel EKeberanian Ernest Prakasa dalam menggarap film komedi keluarga patut diapresiasi. Apalagi, sepak terjangnya di film komedi, Ngenest (2015) dan Cek Toko Sebelah (2016), bisa dibilang berhasil nunjukin kualitasnya di ranah sinema. Kali ini, lewat film terbarunya yaitu Susah Sinyal, Ernest kembali unjuk bakat lewat film komedi keluarga bersama Starvision.

Posisi Ernest sebagai sutradara, penulis skenario, dan pemain

gambar istimewa

Mungkin awalnya ini terkesan ambisius dan perfeksionis sebagai sineas baru. Namun, kerja kerasnya terbayar dengan hasil yang sepadan. Filmnya berhasil menarik antusiasme masyarakat di tengah film-film akhir tahun lain yang enggak kalah seru. Dalam proyeknya, Ernest juga menggandeng sang istri, Meira Anastasia, untuk mendampinginya terjun langsung membuat naskah. Kalau dalam dua film sebelumnya, Meira hanya membantu dalam pengembangan cerita. Kali ini, Meira punya porsi lebih besar.

Film ini mengasi gambaran mengenai kehidupan keluarga

gambar istimewa<./center>

Banyak sekali terjadi saat ini: seorang anak kurang mendapat kasih sayang orangtuanya meski segala kebutuhan dia yang lainnya udah terpenuhi. Lalu, ada pula dampak baik dan buruk dari adanya media sosial serta potret orang kota dan orang pedalaman. Meski kesannya berat, semua gambaran tersebut dibalut komedi sehingga film jadi ramah keluarga. Namun, lawakan di dua film sebelumnya sedikit dikurangi. Gaya lawakan di film ini sering kali absurd dan receh. Enggak sedikit banyolan yang bikin ketawa jadi gagal. Yap, ini masalah selera aja,

Film sebelumnya punya candaan satir berbau kritik sosial

gambar istimewa

Bisa jadi, ini karena Ernest pengen bikin gaya komedi yang berbeda dari yang lainnya. Ditambah kehadiran para komika. Ernest tepat buat ngasih sesi tampil rekan-rekan komikanya, namun enggak mengorbankan inti cerita.

Yap, nama-nama komika, seperti Dodit Mulyanto, Ge Pamungkas, Arie Kriting, Abdur Rasyid, Acho, Rispo, Aci Resti, muncul dalam film ini. Ada pula aktor dan aktris ternama sebagai ajang reuni dari film Cek Toko Sebelah, seperti Adinia Wirasti, Chew Kinwah, Asri Welas, Gisella Anastasia, dan Gading Marten. Makin lengkap dengan kedatangan pemeran baru yang enggak perlu lagi diraguin, yaitu Aurora Ribero, Refal Hady, Valerie Thomas, Niniek L. Karim, dan Darius Sinathrya.

Film ini menyuguhkan keindahan Indonesia

gambar istimewa

Tepatnya, pemandangan Sumba yang memukau beserta budayanya. Hal itu jadi warna tersendiri dalam karya Ernest yang jadi penyeimbang latar perkotaan. Film komedi keluarga ini enggak hanya bikin lo ngakak, tapi juga bikin hati lo tersentuh. Ada dua isu sentral yang dibawa Ernest. Pertama, lo akan teringat pentingnya kehadiran orangtua, khususnya nyokap. Yang sebenarnya dibutuhkan dari seorang anak bukanlah kebahagiaan semu yang diciptakan melalui pemberian materi, melainkan kebahagiaan abadi yang hanya tercipta melalui interaksi dan waktu.

 Adanya konflik perebutan hak asuh anak

gambar istimewa

Sandra (Gisela Anastasya) dengan Marco (Gading Marten) merebutkan hak asuh anak mereka. Sandra yang diceritakan sebagai artis sinetron yang sedang naik daun kalah dalam persidangan. Sang anak lebih memilih bokapnya lantaran dalam kesehariannya Sandra terlalu sibuk stripping sinetron dan bersenang-senang dengan kemewahannya.

Kedua, isu teknologi, khususnya keberadaan gawai. Selama ini, keberadaan gawai kerap dikambinghitamkan sebagai bentuk pergeseran budaya interaksi. Ernest ngegambarin adanya kesulitan akses sinyal lewat kisah Ellen dan Kiara berlibur berdua ke Sumba yang susah dijangkau internet. Justru, inilah yang bikin komunikasi lebih terjalin antara keduanya.

Bukan berarti Ernest menyampaikan anggapan bahwa gawai itu berdampak negatif. Soalnya, dia juga nunjukin adanya manfaat gawai saat ini yang bisa menghasilkan rezeki. Yap, lewat film ini, Ernest layaknya negasin bahwa kesalahan pergeseran budaya bukan pada perkembangan teknologi itu, melainkan kebijaksanaan manusia dalam menggunakannya. Semuanya selalu ada pilihan.

Nah, jadi itulah review dari film yang berjudul Susah Sinyal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here