Kawasan hutan yang menjadi habitat gajah di Asia berkurang 67.635 kilometer selama periode 2001-2018, menurut lembaga riset China. Jika dibandingkan dengan data tahun 2000, hutan habitat gajah di Asia berkurang sekitar 13,4 persen dalam kurun waktu 18 tahun.
Menurut data Pusat Riset Internasional untuk Tujuan Program Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) seperti dikutip media China, Selasa. Lembaga penelitian bentukan Chinamenyebutkan bahwa 73,7 persen area hutan, atau sekitar 50.000 kilometer persegi. Menyusut terjadi di 19 wilayah jelajah gajah Asia.
Meskipun 13 negara di Asia yang memiliki habitat gajah telah memformulasikan program perlindungan dan restorasi dalam beberapa dekade yang lalu. Penyusutan habitat gajah tidak mampu dihentikan dan akan menjadi persoalan serius di beberapa negara. kata lembaga tersebut dalam jurnal akademik Science Bulletin.
Dalam jurnal itu, disebutkan bahwa China kehilangan hutan habitat gajah sekitar 285 kilometer persegi atau sekitar 0,4 persen dari total kehilangan habitat gajah Asia.
Semenanjung Indochina kehilangan 36.025 kilometer persegi (53,3 persen) dan Kepulauan Malaya, termasuk Indonesia, 22.724 kilometer persegi (33,6 persen). Sekitar 12,7 persen sisanya terjadi di subbenua India, yang meliputi negara-negara di kawasan Asia Selatan.
Hasil penelitian ini juga mencakup faktor pemicu hilangnya hutan habitat gajah di Asia. kata Luo Lei, penulis utama jurnal tersebut. Menurut dia, 87 persen hutan habitat gajah yang menyusut tersebut merupakan dampak langsung dari kegiatan penebangan hutan dan deforestrasi untuk keperluan perluasan lahan pertanian dan perkebunan.
Sekitar 13 persen sisanya. Di sebabkan oleh fragmentasi untuk keperluan pertambangan, permukiman warga, dan pembangunan infrastruktu. Seperti waduk, dam, jalan, rel kereta api, dan jaringan pasokan energi.
Populasi Gajah Sumatra

Populasi gajah Sumatra saat ini berstatus kritis, diperkirakan berkisar 1.600 hingga 2.000 individu yang tersebar di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.
Di Indonesia terdapat dua subspesies Gajah Asia (Elephas maximus) yang eksistensinya masih dapat dijumpai di alam, yakni Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) dan Gajah Kalimantan (Elephas Maximus Borneensis). Namun keduanya berstatus terancam punah.
Gajah Sumatra merupakan spesies penyandang status terancam punah atau critically endangered, berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List atau daftar merah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.
Sementara gajah mini Kalimantan atau Borneo Pygmy Elephant adalah gajah termungil di dunia. Seperti dilansir dari WWF, populasi gajah Kalimantan ditemukan di wilayah Sabah, Malaysia dan di wilayah Kalimantan bagian utara, Indonesia.
Populasi gajah di Sabah sangat besar berkisar 1.500 – 2.000 individu, sedangkan populasi yang berada di Kalimantan bagian utara. Indonesia sangat kecil, berkisar 30 – 80 individu.
Habitat Gajah Terancam

Pada tahun 2017 lalu pemerintah daerah tidak memberikan izin pertambangan kepada PT Inmas Abadi. Agar mengurangi luas areal pertambangan karena sebagian besar wilayah usaha pertambangan perusahaan itu untuk koridor gajah. Pengurangan luas areal pertambangan menjadi 4.051 hektare itu tertuang dalam keputusan Gubernur.
Pada saat itu ada 64 organisasi non-pemerintah telah bersurat ke Menteri LHK Siti Nurbaya. Meminta agar ia tidak menerbitkan rekomendasi untuk penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) PT Inmas Abadi.
“Sejak awal izin PT Inmas Abadi diterbitkan kami sudah layangkan protes karena keberadaan tambang ini akan mempercepat laju kepunahan gajah Sumatra dan satwa langka lainnya di Bentang Seblat.” kata Koordinator Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat Sofian Ramadhan.
Ia mengatakan izin PT Inmas Abadi sudah bermasalah sejak diterbitkan. Karena sebagian besar areal pertambangan berada dalam kawasan hutan yang menjadi habitat terakhir gajah sumatera yang saat ini statusnya kritis atau terancam punah.
Nah, Itulah Pembahasan tentang habitat gajah yang mulai menyusut parah. Maka dari itu Pusat Riset Internasional memberi Tujuan untuk Program Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).