33.6 C
Jakarta
Wednesday, April 17, 2024

Karyawan Google dan Amazon, Menolak Berkerja Sama dengan Israel

Ratusan karyawan Amazon dan Google berencana mengadakan protes untuk menolak kerja sama Project Nimbus dengan Israel. Aksi akan dilakukan di halaman kedua perusahaan pada 8 September. Dilansir dari idntimes.com, Selasa (6/9/2022). Project Nimbus senilai Rp.17,8 triliun merupakan kerja sama antara perusahaan Amazon-Google dengan Israel.

Dalam penyediaan layanan penyimpanan cloud dan alat kecerdasan buatan. Pihak yang menentang proyek ini khawatir bahwa Israel akan menyalahgunakan teknologi ini untuk meningkatkan pengawasan dan menindas warga Palestina.

Tindakan Represif Terhadap Warga Palestina

Kontrak kerja sama pembuatan sistem komputasi cloud ini telah ditandatangani sejak Mei 2021. Melalui kerja sama ini, Google dan Amazon akan menyediakan sistem kecerdasan buatan yang canggih bagi pemerintah dan militer Israel.

Hal ini dikhawatirkan akan meningkatkan tindak represif militer Israel kepada warga Palestina untuk memperluas wilayah pemukimannya. Sebab, dokumen Nimbus menyebutkan cloud baru akan memiliki kemampuan untuk mendeteksi wajah, kategorisasi gambar otomatis, bahkan analisis sentimen.

Sistem ini dimaksudkan untuk mengevaluasi konten emosional dari gambar, ucapan, dan tulisan, dilansir dari TRT World. Bahkan, pengembang Google Cloud mengklaim, teknologi itu dapat mendeteksi kebohongan pada seseorang.

Bayangkan saja, ke depannya nasib seorang Palestina yang ditangkap kepolisian Israel akan ditentukan oleh kecerdasan buatan. Selama ini, warga Palestina telah dihantui tindakan represif dari kepolisian Israel.

Terobosan ini hanya akan menambah kesengsaraan mereka. Ruang bergerak dan berpendapat warga Palestina akan semakin dirongrong dengan teknologi kecerdasan buatan ini.

Petisi Telah ditandatangani 40 Ribu Orang

Gerakan yang dinamai #NoTechForApartheid ini juga akan diadakan di kota San Francisco, New York, dan Seattle dalam upaya mencegah Israel menggunakan teknologi canggih tersebut untuk menindas Palestina.

Gerakan yang didirikan tahun lalu ini telah membuat petisi, yang meminta manajemen kedua perusahaan untuk berhenti berbisnis dengan pemerintah dan militer apartheid Israel. Hingga saat ini, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 40 ribu orang.

Melalui petisi tersebut, gerakan #NoTechForApartheid menyatakan, kerja sama Amazon-Google dengan Israel adalah contoh besar peran perusahaan raksasa teknologi dalam memicu kekerasan di berbagai negara. Amazon sendiri dinilai mempunyai catatan hak asasi manusia yang buruk.

Misalnya, Amazon pernah membuat sistem deportasi-penahanan untuk kepolisian Amerika Serikat. Teknologi ini digunakan untuk mengawasi dan mengkriminalisasi komunitas kulit hitam dan cokelat dengan memasang kamera di bel pintu rumahnya.

Karyawan Google hengkang karena protesnya tak digubris

Seorang aktivis utama dalam gerakan ini, Ariel Koren, memutuskan untuk hengkang dari Google setelah protesnya tak digubris. Koren adalah seorang Yahudi yang telah bekerja bagi Google selama 7 tahun. Ia mengaku, Google telah berusaha untuk membungkam karyawan-karyawannya yang melakukan penentangan, dilansir dari Al Jazeera.

“Google secara agresif mengejar kontrak militer dan menghilangkan suara karyawannya melalui pola pembungkaman dan pembalasan terhadap saya dan banyak lainnya,” kata Koren dalam tulisannya yang berjudul “How Google Weaponizes Diversity to Silence Palestinians and Palestinian Human Rights Supporters” di platform Medium.

Amazon dan Google berhenti ambil untung dari Israel

Lebih dari 550 mahasiswa telah berjanji untuk menolak pekerjaan atau magang di Amazon dan Google sampai raksasa teknologi itu mengakhiri kontrak dengan pemerintah dan militer Israel.

Ikrar janji mahasiswa itu dibuat oleh kampanye ‘No Tech for Apartheid’ yang berusaha menekan perusahaan agar berhenti mengambil untung dari apartheid Israel. kampanye global itu dijalankan oleh kelompok Jewish Voice for Peace dan MPower Change.

Nah, Itulah pembahasan tentang Ratusan Karyawan Google dan Amazon,Menolak Berkerja Sama dengan Israel. Maka dari itu Pihak yang menentang proyek ini khawatir bahwa Israel akan menyalahgunakan teknologi ini untuk meningkatkan pengawasan dan menindas warga Palestina.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
26,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles