33.7 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024

Inilah Asal Usul Hari Pasaran Jawa dan Penanggalan Jawa

Pada era sekarang budaya bangsa banyak yang hilang dan tak dipelajari secara saksama, padahal budaya tersebut adalah salah satu harta dari nenek moyang atau leluhur kita yang patut untuk dilestarikan. Penasaran? Yuk, langsung saja disimak artikel dibawah ini tentang budaya dalam masyarakat Jawa, yaitu tentang sistem penanggalan Jawa:

Asal Usul Penanggalan Jawa

Sistem penanggalan ini awalnya digunakan secara resmi oleh Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahan yang mendapat pengaruhnya. Saat itu, terdapat dua sistem penanggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram, yaitu kalender Masehi dan kalender Jawa.

Kalender Masehi digunakan agar urusan administrasi kerajaan dapat selaras dengan kegiatan sehari-hari masyarakat umum, sedangkan kalender Jawa digunakan sebagai patokan penyelenggaraan upacara-upacara adat kerajaan.

Kalender Jawa juga disebut sebagai Kalender Sultan Agungan karena diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613–1645). Sultan Agung adalah raja ketiga dari Kesultanan Mataram. Saat itu, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berasal dari India.

Kalender ini meneruskan tahun Saka, tetapi melepaskan sistem perhitungan yang lama dan menggantikannya dengan perhitungan berdasarkan pergerakan bulan. Dikarenakan pergantian tersebut tidak mengubah dan memutus perhitungan dari tatanan lama.

Penanggalan ini memiliki keistimewaan karena memadukan beberapa sistem, yaitu sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit dari sistem penanggalan Julian yang merupakan dari bagian budaya Barat. Jadi, lahirnya sistem penanggalan Jawa merupakan kolaborasi dari penanggalan-penanggalan tersebut.

Sistem penanggalan yang dipelopori oleh Sultan Agung ini juga disebut penanggalan Jawa Candrasangkala atau perhitungan penanggalan berdasarkan peredaran bulan mengitari bumi. Walaupun mengadopsi sistem penanggalan Hijriah, terdapat perbedaan hakiki antara sistem perhitungan penanggalan Jawa dengan penanggalan Hijriah.

Siklus Hari Pasaran dalam Penanggalan Jawa

Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari saja, tetapi dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara.

Siklus yang masih dipakai sampai saat ini adalah saptawara (siklus tujuh hari) dan pancawara (siklus lima hari), sedangkan yang lain masih dipakai di Pulau Bali dan di Tengger.

Saptawara atau padinan terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Siklus tujuh hari ini bersamaan dengan siklus mingguan dalam kalender Masehi, yaitu Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Solah (gerakan) dari bulan terhadap bumi berikut adalah nama dari ketujuh nama hari tersebut.

  • Radite • Ngahad, melambangkan meneng (diam)
  • Soma • Senen, melambangkan maju
  • Hanggara • Selasa, melambangkan mundur
  • Buda • Rebo, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
  • Respati • Kemis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
  • Sukra • Jemuwah, melambangkan munggah (naik ke atas)
  • Tumpak • Setu, melambangkan tumurun (bergerak turun)

Adapun pancawara terdiri atas Kliwon (Kasih), Legi (Manis), Pahing (Jenar), Pon (Palguna), dan Wage (Cemengan). Pancawara juga biasa disebut sebagai pasaran. Siklus ini dahulu digunakan oleh para pedagang untuk membuka pasar sesuai hari pasaran yang ada.

Hari-hari pasaran merupakan posisi patrap (sikap) dari bulan sebagai berikut:

  • Kliwon • Kasih, melambangkan jumeneng (berdiri)
  • Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah ke belakang)
  • Pahing • Jenar, melambangkan madep (menghadap)
  • Pon • Palguna, melambangkan sare (tidur)
  • Wage • Cemengan, melambangkan lenggah (duduk)

Selain pancawara dan saptawara, masih ada siklus enam hari yang disebut sadwara atau paringkelan. Walaupun terkadang masih digunakan dalam pencatatan waktu, paringkelan tidak digunakan dalam menghitung jatuhnya waktu upaca-upacara adat di keraton.

Nah, itulah penjelasan mengenai sistem penanggalan ini awalnya digunakan secara resmi oleh Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahan yang mendapat pengaruhnya.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
27,000SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles