30 C
Jakarta
Monday, July 22, 2024

Konflik Timteng Bikin Trader Tarik Dana, Pasar Kripto Rontok

Pasar kripto tersungkur serentak dalam 24 jam terakhir di tengah ketegangan geopolitik antara Israel dan milisi Hamas di Gaza.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Selasa (10/10/2023) pukul 06.45 WIB, pasar kripto kompak ambruk. Bitcoin melemah 1,23% ke US$27.588,72 meskipun secara mingguan naik tipis 0,27%.

Ethereum turun 3,27% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari anjlok 4,96%.

Solana anjlok 4,78% secara harian dan secara mingguan juga turun 4,84%.

Begitu pula dengan Dogecoin yang tumbang 3,58% dalam 24 jam terakhir dan secara mingguan terkapar 5,04%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 2,05% ke angka 1.132,59. Open interest terdepresiasi 1,85% di angka US$24,60 miliar.

Sementara dilansir dari Alternative.me, bitcoin fear & greed index tercatat berada di posisi 50 yang mana merupakan kategori netral atau sama jika dibandingkan dengan hari kemarin (9/10/2023) yang berada di angka 50 dengan kategori netral juga.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 45 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase netral dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Dilansir dari coindesk.com, likuidasi terjadi ketika harga kripto anjlok akibat pertikaian antara Israel dan Hamas serta meningkatnya gejolak di wilayah tersebut yang mengejutkan investor dan membebani aset-aset berisiko seperti saham dan kripto.

Likuidasi terjadi ketika bursa menutup posisi perdagangan dengan leverage karena hilangnya sebagian atau seluruh uang awal pedagang, atau “margin”, karena pedagang gagal memenuhi persyaratan margin atau tidak memiliki cukup dana untuk menjaga posisi tetap terbuka.

Sebagai contoh, pedagang derivatif ETH menanggung kerugian terbesar, karena penurunan harga mendorong US$32,78 juta posisi beli yang dilikuidasi selama 24 jam terakhir, menurut CoinGlass.

Sementara dari sisi volatilitas, merujuk dari theblock.co, volatilitas bitcoin meningkat pada minggu pertama bulan Oktober, dan para analis memperkirakan bahwa kondisi seperti itu akan bertahan setidaknya hingga sisa bulan ini.

“Sejak awal Oktober, rata-rata bitcoin lebih fluktuatif dibandingkan 200 hari terakhir dalam sejarah aset,” menurut laporan Bitfinex Alpha pada Senin (9/10/2023).

Rekan Peneliti CoinShares Ethereum Luke Nolan menyoroti faktor lain yang dapat mendorong volatilitas di pasar mata uang kripto, dengan pembacaan inflasi AS minggu ini sebagai titik perubahan volatilitas dalam bitcoin dan pasar kripto yang lebih luas.

Lebih lanjut, harga minyak juga mengalami kenaikan setelah serangan Hamas pada akhir pekan di Israel selatan, yang menyebabkan para pedagang menambahkan premi risiko geopolitik pada komoditas.

Harga minyak yang lebih tinggi dapat menjadi hambatan bagi sasaran inflasi 2% yang ditetapkan oleh bank sentral AS (The Fed).

Jika inflasi AS mengalami kenaikan, maka bukan tidak mungkin The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) di pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November mendatang.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
27,000SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles