33.6 C
Jakarta
Wednesday, April 17, 2024

Waspada Ada 6 Bentuk Respon Trauma Manusia

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari interaksi sosial dengan orang lain. Akan tetapi, kamu pasti sepakat bahwa kehidupan sosial tidak selamanya menyenangkan, sekalipun kamu adalah orang yang ekstrover.

Sadar atau tidak, kadang kita melakukan hal-hal tertentu untuk menghindari interaksi dengan orang lain, baik secara individu maupun kelompok. Namun, Psikoterapis, Kaytee Gillis mengatakan sikap atau perilaku tersebut kadang bukan sekadar sedang malas atau sedang ingin menghindar dari interaksi sosial, melainkan sebuah bentuk respon terhadap trauma yang pernah dialami di masa lalu.

Merasa Gugup Jika Duduk berdekatan dengan Orang Asing

lebih memilih untuk tidak duduk terlalu dekat dengan orang asing

Jika kita berada di tempat umum, biasanya kita akan lebih memilih untuk tidak duduk terlalu dekat dengan orang asing. Perilaku ini mungkin terkesan wajar dan normal saja bagi kebanyakan orang.

Namun, akan berbeda ceritanya jika dengan orang terdekat atau orang yang sudah kamu kenal pun, kamu merasa gugup dan tidak nyaman jika mereka duduk terlalu dekat denganmu.

Hal ini bisa menjadi indikasi sebagai bentuk respon atas trauma yang mungkin kamu miliki. Jika kamu tumbuh di dalam lingkungan yang ‘merenggut’ batasan dirimu, atau lingkungan yang tidak mampu menyediakan boundaries untuk kamu.

Tanpa sadar kamu akan memiliki tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi terhadap orang lain, serta posisimu di dalam sebuah ruangan atau di keramaian. Itulah kenapa kamu akan merasa gugup dan cemas jika orang lain duduk terlalu dekat denganmu.

Merasa Kagetan atau Gampang Terkejut

Ilustrasi Kaget saat tidur

Apa kamu termasuk orang yang sangat gampang terkejut? Kagetan, atau dalam bahasa Inggris disebut jumpy, adalah seseorang yang memiliki refleks sangat tinggi pada suara atau kejadian yang bahkan tidak disadari oleh orang lain, atau tidak cukup menganggu bagi orang lain di sekitarnya.

Menjadi jumpy, alias sangat mudah terkejut bisa jadi merupakan indikasi yang tanpa disadari merupakan bentuk respon atas trauma pernah dimiliki oleh seseorang. Hal ini biasanya berhubungan dengan kehidupan masa kecil yang penuh dengan kekerasan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

Tidak Pernah Menjawab ataupun Menghindari Panggilan Telepon

Tidak Pernah Menjawab ataupun Menghindari Panggilan Telepon

Terkadang ada kalanya kita tidak ingin mengangkat telepon dari seseorang. Kita hanya sedang malas untuk berbicara dengan orang lain, dan ingin merasakan waktu sendiri. Tentu saja ini merupakan hal yang biasa dan tidak jarang terjadi.

Akan tetapi, yang membedakan adalah adanya peningkatan hormon kortisol (hormon yang berhubungan dengan tingkat stres). Bahkan, peningkatan adrenalin bagi orang-orang yang sebenarnya memiliki trauma yang cukup dalam.

Menurut mereka, menjawab telepon yang tidak diinginkan dapat memicu rasa takut akan percakapan yang dapat memojokkan mereka. Biasanya hal ini terjadi karena saat kecil sering kepergok oleh orang tua, disudutkan atau disalahkan dan tidak bisa berkutik, atau juga karena privasi dan batasan mereka yang telah diambil.

Lebih memilih diam dalam acara berkelompok ataupun aktivitas sosial lainnya

Seorang pria yang menyendiri ambil berbaring di kasur

Kemungkinan pertama, kamu memang orang yang pendiam atau pemalu, sehingga saat mengikuti kegiatan kelompok atau saat nongkrong dengan teman kamu selalu diam saja. Kemungkinan pertama ini merupakan bentuk social anxiety, dimana seseorang merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan orang banyak.

Kedua yaitu kamu merasa terlalu lelah dengan berbagai interaksi sosial. Apalagi jika kamu tumbuh di lingkungan yang mengharuskan kamu untuk selalu “aktif” atau selalu “hadir” dalam lingkungan sosial.

Maka yang terjadi adalah, saat ada di sebuah acara atau kegiatan berkelompok tertentu, kamu akan mencari cara untuk keluar dari situasi tersebut. Misalnya dengan sering membuka handphone, pergi ke toilet, atau dengan tidak berbicara sama sekali.

Selalu Meminta Maaf Walau Tidak Melakukan Kesalahan

Selalu Meminta Maaf Walau Tidak Melakukan Kesalahan

Jika di masa kecil kamu sering menerima emotional abuse atau penolakan dari orang- orang terdekat, ini dapat memicu munculnya sikap perasaan bersalah yang berlebih. Dilansir Psychology Today, emotional abuse adalah pola perilaku dimana pelaku menghina, mempermalukan, dan menanamkan rasa takut pada seseorang agar dapat mengendalikan orang tersebut.

Realitas korban akan terganggu, mereka akan menginternalisasi tindakan tersebut dan menganggap itu sebagai kesalahan dan kegagalan mereka sendiri. Hal inilah yang kemudian, saat dewasa membuat korban selalu merasa bersalah dan selalu ingin meminta maaf. Bahkan, pada hal atau kesalahan yang tidak dilakukannya sama sekali.

Hidup berdampingan dengan trauma memang tidak menyenangkan. Jika kamu memiliki salah satu atau beberapa dari enam perilaku di atas, jangan panik. Cobalah untuk menceritakan apa yang sebenarnya kamu rasakan kepada orang yang kamu percaya. Dan, jika merasa perlu jangan takut untuk meminta bantuan profesional, ya.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
26,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles