26.1 C
Jakarta
Sunday, July 21, 2024

Puluhan Migran Lebanon, Kapal Tenggelam di lepas pantai Suriah

Sebuah kapal yang ditumpangi oleh migran dan pengungsi tenggelam di lepas pantai Suriah pada Kamis (22/9/2022). Kapal yang tenggelam itu berangkat dari Lebanon beberapa hari lalu dan 34 orang diketahui tewas dalam insiden.

Pihak berwenang Suriah saat ini masih berjuang untuk menyalamat para korban. Puluhan orang berhasil diselamatkan dan mereka dibawa ke rumah sakit di kota Tartus, Suriah selatan, untuk menjalani perawatan medis.

Kapal membawa lebih dari 100 orang

Para penyintas mengatakan kepada pihak berwenang bahwa kapal tersebut berangkat pada Selasa (20/9) dengan membawa penumpang sekitar 150an orang di dalamnya, yang artinya, lebih dari 100an orang saat ini masih hilang di laut.

Sementara operasi penyelamatan semalam dihentikan sejenak karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, termasuk karena gelombang tinggi.Kementerian Kesehatan Suriah dalam laporannya pada Kamis mengatakan bahwa kapal pembawa migran dan pengungsi dari Lebanon tenggelam di lepas pantai dekat kota Tartus.

Melansir idntimes.com, Kementerian mengatakan korban tewas adalah 34 orang. Operasi penyelamatan telah diluncurkan dan berhasil menyelamatkan 20 orang. Korban selamat dilarikan di rumah sakit Basel di Tartus. Kapal tersebut, menurut Kementerian Transportasi Suriah.

Berangkat dari wilayah Minyeh di Lebanon utara pada Selasa. Penumpang di kapal itu, menurut para penyintas yang diwawancarai, antara 120 sampai 150 orang.

Krisis Lebanon memicu pengungsi untuk melarikan diri

Direktur jenderal pelabuhan di Suriah, Samer Qubrusli, menjelaskan bahwa operasi pencarian korban kapal tenggelam sedang berlangsung. Namun kondisi sulit karena laut yang ganas dan angin yang kencang.

Lebanon telah menjadi salah satu negara yang secara per kapita, menampung pengungsi terbesar di dunia. Warga Suriah yang berada di Lebanon, menurut BBC, sekitar 1,5 juta orang dan hampir 14 ribu lainnya berasal dari neagra lain.

Namun Lebanon telah menghadapi krisis ekonomi parah, dipicu oleh COVID-19 dan ledakan pelabuhan Beirut para 2020. Lebih dari 80 persen populasinya telah berjuang untuk membeli makanan dan obat-obatan.

Krisis memicu dampak parah para pengungsi di negara tersebut, sehingga mereka memilih untuk melarikan diri ke tempat lain, termasuk menuju ke negara-negara di Eropa.

Jumlah para pengungsi yang melarikan diri meningkat dari tahun ke tahun

Sebelum insiden kapal tenggelam, pada Rabu, tentara Lebanon menyelamatkan 55 orang di atas perahu yang tidak berfungsi di perairan negara itu. Perahu berhasil ditarik kembali ke pantai.

Pada bulan April, kapal migran yang berangkat dari dekat Tripoli, tenggelam dengan tujuh orang tewas. Melansir VOA News, kapal itu membawa sekitar 80 warga Suriah dan Palestina. 40 orang diselamatkan dan sisanya secara resmi masih hilang.

Lebih lanjut para penyintas mengatakan, mereka berencana menuju Eropa untuk mencari kehidupan yang lebih baik, mengingat Lebanon sejak 2019 hingga kini masih menghadapi krisis ekonomi terdalamnya di dunia selama tahun 1850-an. Krisis ini telah mendorong lonjakan migrasi yang lebih besar dari pada tahun-tahun sebelumnya.

Krisis ekonomi Lebanon memicu meningkatkan jumlah orang yang ingin meninggalkan negara itu melalui jalur laut, khususnya para pengungsi. Terjadi kenaikan hampir dua kali lipat pada tahun 2021 dibanding pada 2020. Pada 2022, angka itu naik 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Alasan utama meninggalkan Lebanon termasuk ketidakmampuan untuk bertahan hidup karena situasi ekonomi yang memburuk. Selain itu, kurangnya akses ke layanan dasar dan kesempatan kerja yang terbatas.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
27,000SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles