CELANA panjang adalah fashion item yang bisa ditemukan di lemari setiap orang, dalam berbagai bentuk juga model. Celana panjang juga memiliki sejarah panjang yang bisa ditelusuri hingga era 570 SM.
Menilik sejarah celana panjang, yang telah berevolusi baik dalam bentuk, fungsi, serta pemakainya, sebuah kisah panjang bisa tergali. Saat ini, celana panjang bisa dikatakan sebagai fashion item yang tak mengenal gender. Berbeda dengan gaun, rok, atau blus, celana panjang adalah busana universal.
Seorang wanita tidak akan dianggap aneh menggunakan celana panjang, berbeda dengan anggapan yang akan tercetus bila melihat seorang pria mengenakan gaun. Tidak hanya lintas gender, celana juga lintas kelas. Tak peduli status sosial yang melekat pada pemakainya, celana panjang tetap dikenakan semua orang. Celana tidak mengenal usia, pemakainya tidak terbatas dari anak-anak hingga orangtua, dan celana panjang tidak mengenal special occasion, penggunaannya bisa dari kasual hingga formal.
Dibandingkan dengan fashion item lain, celana panjang juga memiliki sejarah panjang. Catatan sejarah menunjukkan celana panjang sudah ada sejak 570 SM melalui relief di Persepolis, Iran. Celana panjang ini digunakan kaum nomaden Iran sebagai busana berkuda yang akan melindungi paha dan kaki dari gesekan dengan tubuh kuda. Selanjutnya, celana panjang menjadi “seragam” kaum pemburu Iran juga Persia dan biasanya dibuat dari kulit binatang.
Dari Persepolis, celana panjang terus menyebrang hingga ke tanah Mongolia dan menjadi salah satu fashion item di kerajaan China dan mulai dibuat dari kain. Pada masa itu, celana panjang hanya digunakan oleh pihak militer karena kemampuannya menjaga suhu tubuh tetap hangat.
Dari Asia, celana panjang kemudian menyeberang ke Barat berkat hubungan perdagangan dan berevolusi. Celana panjang menjadi busana standar bagi masyarakat Barat sejak abad ke-16. Namun catatan sejarah menunjukkan bahwa di abad ke-15, pria-pria Hungaria telah mengenakan pakaian yang berbentuk seperti celana panjang di balik busana mereka. Celana di awal-awal kemunculannya di Eropa dikenal sebagai pantalone. Nama tersebut diambil dari sebuah karakter komedi Italia berjudul “Commedia dell’Arte”, di mana seorang badut kerap tampil menggunakan celana panjang untuk menghibur raja.
Inggris, sesungguhnya telah berkenalan dengan celana panjang karena sebagian besar penduduk desanya di abad ke-12 kerap menggunakan garmen yang berbentuk seperti celana dengan panjang hingga ke mata kaki. Namun, garmen tersebut sempat menghilang di abad ke-13 dan kemudian muncul kembali dalam sejarah saat masyarakat Gaelic di Skotlandia dan Irlandia menggunakannya sebagai busana sehari-hari, terutama untuk bekerja.
Celana panjang kemudian menjadi populer sebagai busana pria berkat jasa George Bryan “Beau” Brummell di tahun 1812. Gaya berpakaian Brummel kemudian menjadi dress codedi kalangan bangsawan dan ditiru oleh masyarakat proletar.Pada waktu itu, celana panjang bangsawan berbentuk mirip legging, ketat dan menyempit di mata kaki, sementara celana kaum proletar lebih kaku karena terbuat dari kain yang cenderung keras sehingga bentuknya lebih lurus dan biasanya berwarna gelap.
Pada tahun 1846, Sir Harry Lumsden, yang menjadi panglima di Punjab, India, menukar celana panjang ketatnya dengan celana katun mirip piama yang kerap di gunakan masyarakat India untuk menghindari panas. Untuk membedakannya dengan busana masyarakat lokal, Lumsden mewarnai celananya dengan pewarna alam yang menjadi awal lahirnya celana khaki. Dari India, khaki menyebrang ke Afrika Selatan, Sudan, Afghanistan, Amerika, lalu ke Eropa.
Namun yang paling berjasa menyebarkan celana panjang ke seluruh dunia adalah para pelaut. Di abad ke-17 dan 18, pelaut menggunakan celana berpotongan baggy yang disebut galligaskins. Pelaut juga ikut mempopulerkan jeans yang kemudian identik dengan kaum Western Amerika di abad ke- 19. Celana panjang juga menjadi bentuk revolusi berbusana serta refleksi emansipasi wanita di abad ke-18. Di pertengahan abad ke-18, para wanita pekerja tambang mengenakan celana panjang di balik rok dan kemudian menggulungnya saat bekerja. Pada waktu itu, penggunaan celana panjang oleh wanita menimbulkan skandal sosial, namun skandal tersebut teredam oleh fungsi celana yang memang lebih dinamis dan menjamin keleluasaan bergerak.
Celana panjang untuk kaum wanita menjadi popular saat Marie Antoinette kerap menggunakannya untuk berkuda. Abad ke-19 menjadi era penting dalam fashion, saat celana panjang diadopsi sebagai busana wanita, bukan hanya busana pria. Hal ini semakin dipertegas dengan banyaknya aktris dan figur publik, seperti Marlene Dietrich dan Katherine Hepburn, yang menggunakan celana panjang sebagai busana sehari- hari.
Sering berlalunya waktu, celana panjang tidak hanya dikenal sebagai fashion item fungsional karena kepraktisannya. Fashion mulai merasuk bersamaan dengan keinginan pemakainya untuk lebih bergaya dengan celana panjang. Wanita-wanita Eropa memodifkasi celana berkuda mereka menjadi busana yang bisa dikenakan sehari-hari dengan tampilan layaknya para pelaut. Desainer yang berpengaruh terhadap evolusi celana panjang bagi kaum wanita ini adalah Pierre Cardin, Coco Chanel, dan Yves Saint Laurent
Saat ini, celana panjang tidak hanya berbentuk lurus bagai pipa. Celana berevolusi dan termodifikasi sesuai budaya dimana pemakainya berada. Di Jepang, celana panjang berbentuk hakama menjadi awal bentukan kulot, sementara di China, celana berpipa lurus diperindah bordir, sulaman, serta dibuat dari kain-kain halus untuk tampilan yang lebih cantik.Kaum perempuan Andalusia menggunakan celana panjang berhias lipit, sementara wanita Timur Tengah menggunakan harem pants yang kini justru menjadi populer di atas catwalk.