29.3 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024

Asia Tenggara Menjadi Rute Baru Perdagangan Narkoba

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan kepada para negara-negara di Asia Tenggara bahwa kawasannya telah menjadi tujuan baru untuk para sindikat narkoba. Mereka mengirimkan sejumlah besar metamfetamin dan narkoba yang lainnya ke seluruh kawasan melalui Asia Tenggara. 

“Hampir 151 ton metamfetamin disita di negara-negara Asia Tenggara dan Timur pada tahun lalu,”ucap Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) pada Jumat (2/6/2023). Angka tersebut meningkat sebesar 167 persen jika dibandingkan pada tahun 2021.

Aktivitas Pengedaran Narkoba di Perbatasan Thailand Lebih Intens

Dalam upaya menghindari deteksi, kelompok kejahatan terorganisir telah memindahkan sejumlah besar sabu dari Thailand melalui wilayah tengah Myanmar. Sebagian rute tersebut juga melalui Laos.

“Kelompok kejahatan transnasional mengantisipasi, beradaptasi, dan mencoba untuk menghindari apa yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2022,” ucap Jeremy Douglas, perwakilan regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik.

“Kami melihat mereka bekerja di sekitar perbatasan Thailand di Golden Triangle (Thailand, Laos, dan Myanmar) lebih intens dari sebelumnya,” imbuhnya, dilansir dari Al Jazeera.

Douglas juga menyatakan para sindikat memiliki kemungkinan yang kecil untuk menggunakan rute Myanmar tengah yang rawan bentrokan antara junta Myanmar dan pasukan pro-demokrasi.

Perdagangan Semakin Mengkhawatirkan

UNODC juga mengatakan keprihatinannya bahwa Kamboja telah menjadi transit utama dan titik produksi tertentu untuk perdagangan narkoba di Asia Tenggara. Hal tersebut menunjukkan bahwa sindikat narkoba mulai beroperasi di negara lainnya untuk memperkuat kekuasannya. Laboratorium dan fasilitas ketamin skala industri untuk memproses dan menyimpan zat tersebut di seluruh Kamboja.

“Kelompok kejahatan terorganisir telah melakukan ekspansi pasar yang digerakkan oleh sindikat serupa dengan pendekatan yang diambil untuk memperluas pasar metamfetamin di wilayah tersebut yang dimulai pada tahun 2015,” tulis laporan tersebut, dilansir dari ABC News

Di sisi lain, laporan UNODC itu juga menyebutkan bahwa Laos merupakan negara yang paling lemah dalam menyatakan perang melawan perdagangan narkoba.

Etnis Bersenjata Myanmar Disebut Bekerja Sama Dengan Sindikat Narkoba

Asia Selatan juga menjadi lebih terintegrasi dengan sindikat narkoba Asia Tenggara.

“Sabu-sabu diperdagangkan dalam jumlah besar dari Myanmar ke Bangladesh dan, (dengan) frekuensi yang meningkat, ke timur laut India,” ujar UNODC, dilansir dari Al Jazeera

“Harga grosir dan jalanan metamfetamin tetap pada, atau jatuh ke, rekor terendah pada 2022 di seluruh wilayah, menunjukkan pasokan tidak terganggu,” tambah UNODC.

Laporan itu juga mengatakan bahwa sabu dan obat-obatan lain yang diproduksi di laboratorium Negara Bagian Shan Myanmar biasanya memasuki Laos dengan menyeberangi sungai Mekong.

Kelompok pemberontak di Myanmar seperti Tentara Negara Bagian Wa, Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar, Tentara Aliansi Demokrasi Nasional dikabarkan bekerja sama dengan sindikat kejahatan terorganisir transnasional terkait narkoba.

Nah, itulah penjelasan mengenai Asia Tenggara yang menjadi rute baru untuk perdagangan narkoba. PBB memperingatkan kepada para negara-negara di Asia Tenggara bahwa kawasannya telah menjadi tujuan baru untuk para sindikat narkoba.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
27,000SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles