Dalam berbagai misi luar angkasa, terlihat adanya ketidakseimbangan dalam jumlah astronot laki-laki dan perempuan yang terlibat. Astronot laki-laki lebih dominan dalam menjalankan misi-misi tersebut dibandingkan astronot perempuan. Mengapa hal ini terjadi?
Dilansir dari Live Science, pada Minggu (28/5/2023), setiap harinya Bumi dikelilingi oleh radiasi pengion, yaitu gelombang berenergi tinggi yang dapat menghilangkan elektron dari atom-atom dalam tubuh. Radiasi pengion dengan tingkat yang tinggi dapat menyebabkan efek radiasi dan meningkatkan risiko terkena kanker. Beruntung, magnetosfer dan atmosfer Bumi berperan dalam melindungi permukaan planet ini dari sebagian besar radiasi tersebut.
Namun, saat astronot berada di luar angkasa, mereka terpapar langsung oleh radiasi luar angkasa tanpa perlindungan dari atmosfer dan magnetosfer Bumi. Astronot yang melakukan perjalanan luar angkasa berisiko mengalami paparan radiasi yang lebih tinggi. Jika terjadi paparan radiasi yang berkepanjangan, ini dapat meningkatkan risiko penyakit serius seperti kanker.
Lebih Banyak Astronot Laki-laki Dibandingkan Perempuan
Karena perempuan memiliki jaringan yang lebih rentan terhadap radiasi, seperti payudara dan ovarium, terdapat kekhawatiran akan dampak jangka panjang pada kesehatan astronot perempuan yang terpapar radiasi luar angkasa. Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa astronot perempuan terlibat dalam misi luar angkasa lebih sedikit dibandingkan astronot laki-laki.
Namun, perlu dicatat bahwa industri luar angkasa terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk memahami lebih lanjut dampak radiasi luar angkasa pada kesehatan astronot perempuan dan mengembangkan metode perlindungan yang lebih efektif. Upaya juga dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender dan inklusivitas dalam penjelajahan luar angkasa, dengan memastikan kesempatan yang setara bagi astronot perempuan untuk terlibat dalam misi luar angkasa dengan meminimalkan risiko radiasi yang terkait.