30 C
Jakarta
Monday, July 22, 2024

Kondisinya Tetap Memprihatinkan, Pria dengan Berat Badan 200 Kilogram Meninggal Dunia

Ristanto mengungkap kondisi terakhir adiknya, Cipto Raharjo, pria berbobot 200 kilogram, yang baru saja meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rabu (19/7/2023).

Menurut Ristanto, semenjak Cipto dipindahkan ke RSCM, kondisi yang bersangkutan tak kunjung membaik. Sebab, setelah Cipto menjalani rangkaian pemeriksaan, semua penyakit yang ada pada tubuhnya jadi terdeteksi.

“Semenjak dipindahkan ke RSCM kondisinya enggak membaik, jadi alatnya banyak, jadi ketahuan semua penyakitnya, ada (penyakit) jantung, paru-paru, ginjal,” kata Ristanto kepada wartawan, Rabu.

Sehari sebelum meninggal dunia, Cipto juga sempat mengeluh sesak napas dan meminta Ristanto datang ke rumah sakit untuk melihatnya. “Yang parah itu semalam paru-parunya, napas itu sesak. Sebelum magrib (Cipto) sadar sempat nelepon saya suruh ke sana (rumah sakit),” ungkap Ristanto.

Setelah menerima panggilan telepon, Ristanto segera berangkat menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sekitar pukul 21.00 WIB. Namun, setelah tiba di rumah sakit, Ristanto justru diberitahu bahwa ia tidak diizinkan masuk ke ruang perawatan adiknya karena Cipto sedang dalam kondisi kritis.

“Setelah itu saya ketemu dokternya, karena dia maksa, terus dicegat sama dokternya. ‘Enggak boleh, pak. Itu lagi darurat, di dalam ada delapan orang dokter'” kata dia.

Ristanto pun menurut. Lalu, sekitar pukul 24.00 WIB, Ristanto kembali dipanggil oleh dokter untuk diminta persetujuan tindakan karena adiknya mengeluarkan dahak berdarah.

“Minta persetujuan karena itu dahaknya keluar darah akhirnya dokter ambil tindakan bahwa mau dimasukkin selang yang ada kameranya, jadi mau mengetahui bahwa penyakitnya apa, karena airnya banyak banget, di dalam paru-paru itu,” jelas dia. Setelah mendapat persetujuan dari Ristanto, dokter pun mengambil tindakan tersebut.

Ristanto mengaku sempat bertanya terkait persentase keberhasilan menggunakan alat ini kepada dokter. “Saya tanya ini besar kemungkinan gimana dokter? (Dokter menjawab) ‘Ya namanya alat pasti ada risikonya, pak’,” ujar Ristanto.

Ia pun bertanya kembali, berapa persen tingkat keberhasilan tindakan tersebut. “Lah saya tanya lagi, ini berapa persen, ‘Ya 95 persen bisa selamat, tapi 5 persennya bisa gagal bisa henti jantung’. Ya sudah akhirnya dikerjakan, katanya enggak ada pilihan lain,” jelas dia lagi.

Kepada Ristanto, dokter menyampaikan tindakan ini adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan saat itu. Namun, setelah tindakan selesai, kondisi adiknya, Cipto malah semakin memburuk.

“Ini udah dikerjakan, kondisinya (Cipto) semakin parah, yang tadi tekanan darahnya 100 sekarang berubah jadi 50,” ujar dia. Saat memasuki ruang tempat Cipto dirawat, Ristanto sudah menemukan adiknya dalam kondisi koma.

Hingga sekitar pukul 03.00 WIB, Cipto meninggal dunia. “Masuk saya, dia sudah koma, akhirnya jam tiga lewat (meninggal), jantungnya sudah berhenti, jantungnya dipompa kan enggak bisa bisa, dinyatakan meninggal,” papar dia.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!

Stay Connected

23,893FansLike
1,879FollowersFollow
27,000SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles