Penggunaan platform digital saat ini semakin umum, bahkan di kalangan anak-anak. Sejumlah platform digital menerapkan pembatasan usia minimum untuk menjadi pengguna. Misalnya, Facebook dan Twitter menetapkan batas usia minimum 13 tahun.
Sementara itu, Whatsapp, LinkedIn, dan Myspace membatasi penggunaannya dari usia 16 tahun. Namun demikian, beberapa anak di bawah umur mungkin masih dapat mengakses situs jejaring sosial dengan cara memalsukan identitas mereka.
Menurut penelitian “Common Sense Media: Media Use by Tweens and Teens” pada tahun 2021, yang dikutip dari Healthy Children, penggunaan media oleh anak-anak (usia 8–12 tahun) dan remaja (usia 13–18 tahun) meningkat lebih cepat dalam 2 tahun sejak dimulainya pandemi Covid-19 dibandingkan dengan 4 tahun sebelumnya.
Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak usia 8-12 tahun menghabiskan rata-rata lima setengah jam sehari di depan layar dan mengkonsumsi media.
Angka ini naik menjadi lebih dari delapan setengah jam sehari untuk remaja.
Di kalangan remaja, 79 persen dari mereka mengatakan bahwa mereka menggunakan media sosial dan video online setidaknya seminggu sekali, dan 32 persen di antaranya mengatakan bahwa mereka tidak dapat membayangkan hidup tanpa YouTube.
Sementara itu, hampir dua pertiga (65 persen) dari anak-anak mengatakan bahwa mereka menonton TV setiap hari, 64 persen menonton video online, dan 43 persen bermain game di smartphone atau tablet setiap hari.
Fakta ini menunjukkan bahwa penggunaan media sosial semakin meningkat di kalangan anak-anak, sehingga menjadi penting bagi orangtua untuk menyadari berbagai dampak yang ditimbulkan oleh situs jejaring sosial tersebut.
Hal ini memungkinkan orangtua untuk mempersiapkan dan membimbing anak-anak agar menjadi pengguna media sosial yang bijak secara pemikiran dan emosional.
Artikel ini akan mengungkapkan dampak positif dan negatif dari media sosial bagi anak-anak yang penting diketahui oleh orangtua.
Bagaimana dampak penggunaan media sosial bagi anak-anak?
Menurut laporan dari Healthy Children dan Mom Junction, media sosial memiliki dua pengaruh yang perlu dipertimbangkan terhadap tumbuh kembang anak sebelum orangtua memberikan izin aksesnya.
- Membantu anak-anak menjalin hubungan dengan keluarga besar dan teman-teman mereka
- Memungkinkan mereka untuk belajar hal-hal baru, berbagi pemikiran, dan meningkatkan keterampilan komunikasi dan interpersonal
- Membantu mereka terhubung dengan pendidikan dan fasilitator dari berbagai belahan dunia
- Memfasilitasi pengembangan keahlian teknis dan pemahaman teknologi pada mereka
Dampak negatif penggunaan media sosial bagi anak-anak meliputi:
- Konten Berbahaya: Media sosial adalah platform yang luas dan sulit dikendalikan oleh individu, sehingga anak-anak dapat terpapar pada konten berbahaya seperti kekerasan, pelecehan, pornografi, dan provokasi
- Cyberbullying: Komunikasi di media sosial seringkali menyebabkan cyberbullying, di mana anak-anak menjadi korban intimidasi dan pelecehan secara online.
- Penyebaran Rasa Takut dan Malu: Beberapa individu menggunakan media sosial untuk menyebarkan rasa takut dan malu di antara orang lain, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak-anak
- Kurang Produktif: Penggunaan berlebihan media sosial dapat membuat anak menjadi kurang produktif karena banyak menghabiskan waktu tanpa melakukan kegiatan yang penting, dan akhirnya mengalami kecanduan
- Dampak Kesehatan Fisik: Kecanduan media sosial dapat memengaruhi kesehatan fisik anak, seperti obesitas akibat pola makan yang tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik
- Keterbatasan Hubungan Interpersonal: Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mengganggu kemampuan anak untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang sehat dalam kehidupan nyata
- Gangguan Tidur: Paparan cahaya, terutama cahaya biru, dari layar gawai dapat mengganggu tidur anak, yang dapat berdampak negatif pada kinerja mereka di sekolah dan kesehatan secara keseluruhan
- Stimulasi Berlebih pada Bayi: Bahkan bayi pun dapat terstimulasi oleh layar gawai, yang dapat memengaruhi pola tidur dan perkembangan mereka
Psikolog Endang Retno Wardhani, MBA., PhD., CHt, menyatakan bahwa penggunaan platform digital oleh anak-anak, meskipun sudah berusia di atas 13 tahun, tetap membutuhkan arahan orangtua.
Menurutnya, dengan mendapatkan pendampingan orangtua, anak-anak akan lebih mudah mendapatkan informasi yang bermanfaat dari penggunaan platform digital.
Dalam pendampingan tersebut, orangtua juga harus menerapkan jadwal penggunaan perangkat teknologi dan akses media sosial.
“Dalam mengatur batasan, misalnya pada anak usia dini dalam menggunakan handphone, bisa diterapkan pembatasan waktu, seperti hanya pada sore hari,” ungkap Endang seperti yang dikutip dari Antara pada Sabtu (10/6/2023).
Menurutnya, cara anak-anak tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari mereka. Kebiasaan yang terbentuk sejak usia dini cenderung akan berlanjut hingga masa dewasa.
Jika sejak kecil anak tidak diberlakukan batasan dalam menggunakan media sosial, mereka kemungkinan besar akan terbiasa dengan pola penggunaan tanpa batas tersebut.