Kehadiran aplikasi e-commerce dari China seperti Shein dan Temu, punya potensi besar sebagai penopang ekonomi Negeri Tirai Bambu.
China menghadirkan barang-barang buatan lokal yang dikirim langsung ke konsumen luar negeri melalui perusahaan e-commerce. Strateginya jelas, menawarkan harga murah dengan strategi pemasaran jor-joran.
Kenny Li, yang menjalankan pabrik garmen di Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong selatan, adalah tipikal eksportir China generasi baru.
Bisnisnya telah disederhanakan berkat aplikasi fast-fashion Shein. Sebab, ia bisa mendelegasikan penetapan harga, pemasaran, dan layanan pelanggan ke platform tersebut.
Li mengatakan dia menjual pakaian senilai sekitar 70 juta yuan (Rp152 miliar) ke Shein tahun lalu.
Li juga mencoba mendiversifikasi operasinya dengan menyediakan barang ke Temu, aplikasi belanja diskon yang didukung oleh PDD Holdings.
“Memiliki satu klien saja dapat menimbulkan ketidakpastian, jadi kami memutuskan untuk mencoba Temu juga,” kata Li, dikutip dari SCMP, Jumat (6/10/2023).
Kisah Li hanya salah satu dari lanskap ekspor China yang diubah oleh aplikasi e-commerce, memanfaatkan kemampuan manufaktur yang luas dan menggunakan teknologi baru untuk menghubungkan produsen secara langsung dengan konsumen luar negeri.
Wakil Menteri Perdagangan China Guo Tingting mengatakan pada sebuah konferensi bulan lalu bahwa bisnis online lintas batas (cross-border) meningkat 11 kali lipat dalam delapan bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Ekspor China melalui e-commerce melonjak 19,9% pada semester-I tahun 2023 dibandingkan tahun lalu ketika keseluruhan ekspor China justru turun.
Menurut data pemerintah, ada tahun 2022, ekspor e-commerce China meningkat 10 persen YoY, menyumbang 6,4 persen dari total ekspor.
